Ahad 31 Dec 2017 22:44 WIB

Cermin Kerukunan di Sudut Kota Yogyakarta

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agung Sasongko
Masjid Syuhada dan Gereja HKBP masing-masing menggelar acara jelang pergantian tahun.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Masjid Syuhada dan Gereja HKBP masing-masing menggelar acara jelang pergantian tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jalan I Dewa Nyoman Oka di Yogyakarta penuh masyarakat yang lalu lalang. Itu dikarenakan rumah ibadah besar yang ada di sana masing-masing sedang menggelar kegiatan jelang pergantian tahun.

Pemandangan kerukunan seperti Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Indonesia ternyata tidak hanya ada di DKI Jakarta. Dari Di Yogyakarta, Masjid Syuhada dan Gereja Huria Kristen Batak Protestan ternyata terbiasa menampilkan contoh kerukunan umat beragama.

 

Pemandangan kerukunan itu terlihat pula pada malam pergantian tahun 2017-2018. Dua rumah ibadah besar umat Islam dan umat Kristen Protestan yang ada di Jalan I Dewa Nyoman Oka itu secara kebetulan sama-sama menggelar kegiatan pada malam pergantian tahun.

 

Pada Sabtu (31/12) malam itu sendiri, Masjid Syuhada menggandeng Harian Republika menggelar Tabligh Akbar yang digelar dengan tajuk Festival Republik. Sedangkan, Gereja HKBP Yogya sendiri tengah menggelar misa malam untuk menyambut pergantian tahun baru 2018.

 

Sepanjang Jalan I Dewa Nyoman Oka pun dipenuhi kendaraan jamaah Masjid Syuhada maupun jemaat Gereja HKBP. Uniknya, tidak ada kesulitan mengatur ratusan kendaraan yang berlalu lalang atau mencari lokasi parkir, baik motor, mobil sampai bus-bus masyarakat.

 

Masyarakat yang ingin memarkirkan kendaraannya pun dibebaskan untuk memilih lokasi parkir, tanpa dibedakan tujuannya. Karenanya, pemandangan jamaah masjid yang melintasi Gereja HKBP atau jemaat gereja yang melintasi Masjid Syuhada menjadi begitu lumrah.

 

Salah satu jamaah yang mengikuti Tabligh Akbar Republika di Masjid Syuhada, Nico, mengaku senang bisa melihat pemandangan seperti itu. Ia merasa, ini merupakan salah satu replika kerukunan yang memang senantiasa terjaga dari masyarakat Indonesia.

 

"Seneng ya melihat pemandangan kayak gitu, itu contoh kecil kalau kita (umat beragama di Indonesia) memang hidup rukun," kata Nico kepada Republika tepat di depan Masjid Syuhada, Sabtu (31/12).

 

Senada, salah satu jemaat Gereja HKBP Yogyakarta, Andreas, turut berbahagia bisa melihat kerukunan yang terjaga dari kedua rumah ibadah tersebut. Bahkan, ia mengungkapkan, bentuk toleransi yang ditunjukkan Masjid Syuhada dan Gereja HKBP sudah sering terjadi.

 

"Kalau Syuhada lagi ada Jum'atan, parkir boleh dari dulu sampai depan HKBP, pun kalau Misa mingguan HKBP, parkir itu memang boleh sampai depan Syuhada," ujar Andreas tepat di depan HKBP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement