Kamis 19 Oct 2017 21:06 WIB

Kepala BNPB: Tren Jumlah Bencana Terus Meningkat

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut Indonesia merupakan negara yang rawan bencana dan tren jumlah bencana terus meningkat. Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan, Indonesia adalah negara yang sangat rawan bencana.

Ia memerinci, sebanyak 150 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah yang rawan bencana gempa, kemudian 60 juta rawan banjir. Selain itu 40 juta rawan longsor, 4 juta rawan tsunami, dan 1,1 juta rawan erupsi terhadap gurun berapi. Belum lagi ancaman-ancaman baru bencana terus menghantui Tanah Air.

"Kemudian barusan ilmuwan menemukan ada 250 titik sumber titik gempa. Kemudian kecenderungan meningkatnya bencana dari 2015-2016 naik 38 persen dimana jumlah kejadian bencana sebanyak 2.384 kali," ujarnya saat konferensi pemaparan tiga tahun kinerja BNPB pemerintahan Joko Widodo- Jusuf Kalla, Kamis (19/10).

Willem menambahkan, sebanyak 561 orang meninggal dunia. Lalu jutaan orang yang terdampak. Situasi ini diperparah oleh degradasi lingkungan dan daerah aliran sungai (DAS) kritis yang sebetulnya sudah berlangsung lama. Tetapi dampaknya baru dirasakan masyarakat sekarang.

Lalu meningkatnya kebutuhan mahal, baik pemukiman maupun kehutuhan pembangunan yang tidak diimbangi dengan tata ruang. Tak hanya itu, pertumbuhan penduduk, urbanisasi, kemiskinan, pembangunan yang belum berbasis kepada kajian risiko ditambah dengan perilaku masyarakat ikut memperburuk kemungkinan bencana.

"Dengan melihat gambaran tersebut maka penanggulangan bencana harus dilakukan dengan keadaan efektif dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan tidak terganggunya capaian pembangunan masyarakat," ujarnya.

Padahal, kata dia, dalam konteks keamanan, bencana harus sudah dianggap sebagai ancaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement