Senin 09 Oct 2017 10:58 WIB
Peringati Hari Perdamaian Internasional

Jokowi: Banyak Negara Kepincut dengan Kerukunan di Indonesia

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agus Yulianto
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (Jokowi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUMENEP -- Presiden Joko Widodo dan Wahid Foundation bersama Badan PBB untuk isu perempuan, UN Women, merayakan Hari Perdamaian Internasional di Ponpes Annuqayah, Desa Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur, Ahad (8/10). Presiden Jokowi dalam pidatonya meminta masyarakat Indonesia untuk selalu menjaga perdamaian di Bumi Nusantara.

"Banyak negara yang kepincut dengan perdamaian dan kerukunan yang berlangsung di Indonesia," kata Jokowi

Presiden mengingatkan, Indonesia memiliki suku yang cukup banyak, mencapai 714 suku, dibandingkan Malaysia yang hanya 3 suku. Selain itu Indonesia memiliki berbagai suku, berbeda agama, budaya dan berbeda bahasa. "Maka, perlu hati-hati dalam menyikapi dan jangan sampai ada gesekan apalagi konflik," kata Presiden di kompleks pesantren tertua di Sumenep itu.

Beraneka ragam suku bahasa agama ras itu, ujar Jokowi, merupakan takdir yang harus dijaga. Sekecil apapun yang bisa menyebabkan perpecahan harus segera diatasi dan dihindari.

Jokowi juga meminta warga Madura menjaga persaudaraan, menjaga ukhuwah Islamiyah, menjaga ukhuwah Basyariah dan Ukhuwah Wathaniyah. "Tetap menjaga perdamaian. Wanita juga bisa menjadi kunci perdamaian," kata Jokowi.

Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid menyampaikan, apresiasinya terhadap perempuan yang ada di Madura. "Acara hari ini adalah kolaborasi antara UN Women dan Wahid Foundation dengan dukungan khusus dari pemerintah Jepang," ujar Yenny dalam keterangan persnya.

UN Women adalah lembaga PBB yang mendapat mandat untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan di dunia. "Kegiatan yang kami gagas ini dipicu oleh rasa bangga kami kepada perempuan Indonesia yang mempunyai karakter khas," katanya.

Yenny mengungkapkan, UN Women menghubunginya untuk membuat kegiatan perayaan hari perdamaian dunia dengan melibatkan kelompok perempuan di masyarakat. Ia langsung berpikir bahwa Madura adalah daerah yang paling pas, karena perempuan Madura dikenal sebagai pribadi yang ulet dan pekerja keras, serta religius dan senang bergotong royong.

"Berangkat dari rasa bangga itulah maka kami berinisiatif untuk membuat Gerakan Perempuan Untuk Perdamaian. Karena maqolah ulama menyebutkan An nisa imadul bilad, idzasholuhat sholuhal bilad," katanya.

Perempuan itu tiang negara. Kalau perempuannya baik maka negaranya juga akan baik. Selama ini, para kiai telah berjuang digarda terdepan untuk menciptakan ketentraman dan kedamaian di bumi nusantara.

Tentu dibelakangnya terdapat peran ibu Nyai yang luar biasa dan turut serta dalam perjuangan tersebut. Program yang kami gagas bersama UN Women, berbentuk program penguatan ekonomi keluarga, dimana perempuan akan dibantu untuk meningkatkan kemampuannya dalam mencari tambahan nafkah keluarga.

"Mereka bisa tetap tinggal dirumah untuk mengasuh anaknya, sambil membuat usaha kecil untuk membantu pendapatan keluarganya," ujarnya.

Para perempuan tersebut juga akan dibekali dengan kemampuan untuk menerapkan nilai-nilai perdamaian dilingkungannya masing-masing. Sehingga, tidak mudah terpancing oleh provokasi orang-orang yang ingin menciptakan konflik ditengah-tengah masyarakat. "Dalam program ini kami juga melibatkan banyak kiai, Gus dan Lora, untuk membantu membangun pemahaman kaum perempuan terutama tentang nilai Pancasila," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement