Jumat 06 Oct 2017 19:58 WIB

Nuansa Seni dan Sastra di Kampung Buku Yogya

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pengunjung melihat buku yang dijual saat acara Kampung buku Jogja 2015 di kawasan Food Park Universiitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis (8/10).
Foto: Andreas
Pengunjung melihat buku yang dijual saat acara Kampung buku Jogja 2015 di kawasan Food Park Universiitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis (8/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kampung Buku Jogja tengah berlangsung 4-8 Oktober 2017 di Taman Kearifan Kawasan Lembah Universitas Gadjah Mada. Selain buku-buku yang sudah sulit ditemukan, nuansa seni dan sastra jadi ciri khas pagelaran tahunan tersebut.

Sambutan kepada pengunjung sudah diberikan sejak dari pintu masuk, dengan gambar artistik sosok ibu yang tengah menuangkan ilmu lewat buku, selayaknya menuangkan beras kencur ke gelas jamu. Menengok ke kanan, terdapat papan bergambar dengan keterangan kegiatan yang bisa diikuti pengunjung selama lima hari.

Berjalan ke depan, ada gambar berdiri berisikan sosok lima orang dari berbagai latar, serta beragam pakaian pula seperti kebaya dan sarung. Masuk ke ruang sebelah kanan, selain ratusan atau mungkin ribuan buku-buku langka, tiap sisi ruangan bergambarkan sosok-sosok besar dengan kalimat populernya.

Mulai dari Pramoedya Ananta Toer, Sapardi Djoko Darmono, WS Rendra, NH Dini sampai Chairil Anwar, yang banyak pula menarik pengunjung untuk berswafoto di depannya. Selain itu, ada Komunitas Kretek yang memamerkan cara-cara meracik sebatang rokok dan banyak pelajaran tentang rokok.

Masuk lagi lebih dalam, ada panggung utama Kampung Buku Jogja yang menghadirkan berbagai kegiatan, mulai dari bedah buku, bincang-bincang sampai pagelaran musik dan puisi dari berbagai seniman Indonesia. Sebelah kiri, terdapat papan Kongsi Puisi yang isinya seperti kertas tagihan memanjang ke bawah.

Pengunjung dapat menuliskan satu atau dua kalimat puitis, yang tentu akan bergabung dengan puisi-puisi pengunjung lain. Ada pula jasa pembuatan cover buku yang bisa dipesan sesuai keinginan. sajian musik atau puisi yang ada di panggung utama menambah rasa nyaman pengunjung yang berkeliling.

Jika lapar, Kampung Buku Jogja menghadirkan pula kantin beraneka makanan, yang dapat dinikmati pengunjung dengan gaya lesehan layaknya angkringan atau duduk di meja seperti kantin biasa.

Koordinator Acara, Irwan Bajang mengatakan, kegiatan ini sekaligus jadi ajang silaturahim semua unsur yang ada di dunia perbukuan. "Animonya jauh lebih besar dari tahun sebelumnya, ada peningkatan signifikan sekitar dua kali lipat, kapasitas tempat sendiri 3.000an dan hari pertama penuh," kata Bajang kepada Republika.co.id, Jumat (6/10).

Ia menargetkan, sebanyak 20 ribu pengunjung dapat menghadiri Kampung Buku Jogja tahun ini, dan tampaknya target itu dapat terlewati. Bajang berharap, kegiatan ini dapat terus berlangsung setiap tahun, dan lebih banyak lagi unsur buku yang dihadirkan seperti buku anak-anak atau buku-buku grafis. "Kalian bisa datang dan mendapatkan buku-buku yang hampir tidak bisa didapatkan di toko-toko buku," ujar Bajang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement