Jumat 28 Jul 2017 11:47 WIB

NU, Jokowi, dan Pertarungan 2019

Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama

Oleh: M Fakhrudin Muhdi*

Keluarnya Perppu Ormas dan bubarnya HTI. Relasi Islam dan negara yg direpresentasikan oleh pemerintahan Jokowi berada pada tensi yg tinggi. Nampaknya pemerintah sudah menghitung betul bahwa HTI tidak mungkin didekati untuk menyatukan kepentingan di 2019. Atau pemerintah mengkalkulasi dengan cermat bahwa membubarkan HTI tidak akan punya efek yang signifikan secara politik, baik karena reaksi internal HTI maupun efek dari solidaritas ummat Islam secara keseluruhan.

Kelihatannya NU satu-satunya ormas Islam terbesar yang menjadi pilar utama pendukung kebijakan pemerintah Jokowi. Apakah dukungan ini semata- mata untuk menjaga Pancasila dan NKRI atau juga karena subjectivitas elite NU untuk menjaga tradisi, karena dakwah HTI cenderung bergesekan dengan akar tradisi NU, akibat dari adanya unsur puritanisme di dalam dakwah dan gaya hidup HTI. Tentu ini berbahaya untuk survival tradisi NU untuk jangka panjang.

Efek dari reaksi publik terhadap kebijakan Jokowi, posisi NU semakin seksi. Jokowi semakin punya ketergantungan pada NU untuk memikat hati ummat. NU mencoba mengambil inisiatif untuk menjadi pendukung setia Pemerintah. Jokowi tidak mungkin mengabaikan sama sekali kekuatan Islam sebagai kelompok mayoritas, meskipun kekuatan Islam itu sangat cair dan tidak terkonsilidasi.

Jokowi sangat percaya diri bahwa kelompok minoritas dan kaum sekuler akan menjadi pendukung setianya. Hanya butuh tambahan suara sedikit dari ummat Islam. Itu bisa di dapat dengan membeli suara atau dengan cara memanipulasi berita lewat media mainstream. Kelompok masyarakat yg buta politik rawan termanipulasi bagaimapun fanatiknya mereka terhadap agama.

Dalam keluarga besar NU ada dua anak muda yg potensial menjadi fugur penting dalam peryarungan politik 2019. Mereka adalah Saifullah Yusuf dan Muhaimin Iskandar. Dengan catatan Gus Iful berhasil jadi gubernur Jawa Timurt (Jatim).

Mereka berdua relatif punya pengaruh besar di akar rumput NU, terutama di Jawa Timur. Jatim akan menjadi medan pertarungan terpanas, kalau Jokowi dan Prabowo bertarung kembali di 2019. Belum lagi mereka berdua adalah representasi dari keluarga Gus Dur sekaligus generasi yang dididik langsung oleh Gus Dur.

*Mantan Ketua Umum PB HMI

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement