Kamis 27 Jul 2017 18:18 WIB

Guru Besar Unair Kembangkan Penguras WC dari Isi Perut Sapi

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Toilet (ilustrasi)
Foto: Republika/Amin
Toilet (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Guru Besar dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Herry Agoes Hermadi, membuat inovasi cairan penguras WC tanpa disedot. Produk yang diberi nama ARAS kependekan dari anti kuras tersebut diklaim mampu menghilangkan bau tidak sedap dari septictank dan mengurai kotoran di dalamnya.

Herry menjelaskan, produknya tersebut terbuat dari limbah berupa isi perut sapi. Sehingga dapat menjadi solusi permasalahan lingkungan di masyarakat "Sapi itu kalau makan rumput yang kita tahu seratnya kasar, setelah dicerna kotorannya bisa lembut. Logikanya serat kasar saja bisa hancur apalagi serat yang dimakan manusia," ujarnya kepada wartawan di Aula Kahuripan Kampus C Unair Surabaya, Kamis (27/7).

Herry memaparkan, produk ARAS dibuat dari bahan isi perut sapi yang bernama rumen ditambahkan trichordema, sejenis cendawan yang berfungsi sebagai organisme pengurai. Trichoderma ini banyak ditemukan di lahan pertanian maupun di hutan. Sedangkan rumen yang bagus terletak pada posisi sebelum usus halus.

Herry menerangkan cara pembuatan produk ARAS, diawali dengan memeras isi perut sapi atau rumen kemudian diambil cairannya. Setelah itu ditambahkan glukosa dan sedikit protein semacam basic protein untuk mengembangkan kuman.

Dalam waktu bersamaan trichoderma ditumbuhkan pada media lain. Kemudian cairan isi perut sapi dicampur dengan trichoderma dan didiamkan selama sepekan. Cairan tersebut telah dapat digunakan untuk menguras WC tanpa disedot.

"Ini mikroba biasa. Kalau dimasukkan dengam anaerob akan simbiosis dan menghancurkan kotoran. Sudah saya uji coba di dalam toples yang diberi kotoran dan dikasih produk ARAS ini, baunya langsung hilang dan kotorannya bisa terurai sekitar satu hari," terangnya.

Terkait aplikasi pemakaian ARAS, lanjutnya, cukup dimasukkan ke dalam WC dengan takaran 500 ml sampai 1 liter setiap 6 bulan sekali. Untuk mencegah WC membludak, hanya dengan tidak memasukkan cairan pembersih kuman ke dalam WC.

"Yang penting WC jangan dikasih pembunuh kuman maka aman-aman saja. Karena kuman berkembang setiap saat. Jadi biarkan saja," ujarnya.

Di pasaran, sudah ada produk serupa dalam bentuk serbuk kering. Karenanya Herry membuat versi cair. Jika serbuk kering tersebut di pasaran dijual sekitar Rp 50 ribu, maka produk ARAS buatan Herry hanya dibanderol Rp 30 ribu per botol isi 500 ml. "Masyarakat kalau mau bikin sendiri juga mudah. Rencana ke depan mau mengajukan izin edar tapi prosesnya masih panjang," imbuh Herry.

Herry menilai, beragam limbah di masyarakat bisa dimanfaatkan dengam baik asal memahami caranya. Salah satunya dengan memanfaatkan limbah isi perut sapi menjadi cairan pengurai kotoran di septictank

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement