Kamis 20 Jul 2017 21:48 WIB

Indonesia Harus Jadi Kawasan Wisata Bahari Dunia

Tepian pantai Bunaken, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, Sabtu (17/12). Kawasan tersebut saat ini masih merupakan tempat wisata bahari salah satu terbaik di dunia khususnya untuk pemadangan dasar lautnya.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Tepian pantai Bunaken, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, Sabtu (17/12). Kawasan tersebut saat ini masih merupakan tempat wisata bahari salah satu terbaik di dunia khususnya untuk pemadangan dasar lautnya.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Guru besar tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dietriech Geoffrey Bengen DEA mengatakan Indonesia harus menjadi kawasan wisata bahari dunia.

"Di dunia itu harusnya yang dominan wisata baharinya adalah Indonesia. Karena lautannya paling besar, luas dan banyak pulau-pulau kecilnya," kata Dietreich kepada wartawan dalam keterangan pra orasi tiga guru besar IPB di Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (20/7).

Dietriech menjelaskan harusnya Indonesia dengan kekayaan alam laut Indonesia bisa memadukan kekayaan hayati secara optimal untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat pulau-pulau kecil. "Jadi nanti orang-orang yang ada di daerah tidak perlu pergi ke kota lagi, mereka bisa memberdayaan sumber daya alam kelautannya secara optimal," katanya.

Ia mengatakan Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari sekitar 14.572 pulau yang bernama, dengan lebih dari 10.000 pulau-pulau kecil, garis pantai sepanjang 95.181 km, dan laut seluas 5,8 juta KM persegi.

"Laut Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam pesisir dan laut yang sangat besar dan prospektif sebagai aset pembangunan," katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan pulau-pulau kecil tergolong ke dalam "pulau oseanik" yang geomorfologi dapat dibagi menjadi dua tipe, yakni pulau daratan dan pulau berbukit.

Menurutnya, perbedaan itu menjadi sumberdaya dan jasa lingkungan pada kedua tipe pulau kecil memiliki keragaman, keunikan dan kerentanan yang berbeda satu sama lain.

Kawasan pulau-pulau kecil dengan sekitar 111 pulau-pulau kecil terluar, memiliki beragam sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang terkandung dalam ekosistem pesisir dan laut, terutama ekosistem terumbu karang, mangrove dan lamun yang saling terkait satu sama lan.

Ekosistem terumbu karang dengan luas lebih dari 60.000 km persegi (18 persen luas terumbu karang dunia), dengan lebih dari 2.500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2.500 jenis moluska, dan 1.500 jenis udang-udangan, dapat berkontribusi antara 976.000 ton sampai 1.037 juta ton ikan karang per tahunnya.

"Selain ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove yang tersebar di sepanjang pesisir pulau-pulau kecil juga sangat berperan," katanya.

Ia mengatakan dengan potensi sumberdaya pesisir dan lautnya yang demikian besar, maka seyogyanya pengembangannya diarahkan pada peruntukan perikanan dan pariwisata (minawisata) bahari.

Pengembangan minawisata bahari pada kawasan pulau-pulau kecil, lanjutnya, pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk mewujudkan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa lingkungan secara terpadu untuk kegiatan perikanan dan pariwisata (minawisata) dengan melibatkan dan diakui ole para pemangku kepentingan.

"Upaya tersebut untuk mendapatkan manfaat dari pemanfaatan sumerdaya pesisir dan laut yang terkandung dalam kawasan pulau kecil seoptimal mungkin dan berkelanjutan," katanya.

Ia mengatakan optimalisasi potensi berbasis minawisata bahari diharapkan dapat memenuhi dua fungsi utama kawasan pulau-pulau kecil, yakni sebagai penyedia sumberdaya alam dan penyedia jasa pendukung kehidupan," katanya.

Dietriech menyarankan agar kedua fungsi kawasan pulau-pulau kecil dapat berlangsung secara optimal dan berkelanjutan, maka pemanfaatan dan pengembangan minawisata bahari harus dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan keserasian (kesesuaian) dan keseimbangan (daya dukungnya).

"Penyusunan zona kawasan pulau-pulau kecil penting dilakukan agar pengembangan minawisata bahari sebagai wujud pemanfaatan potensi sumberdaya alam pesisir dan dapat berlangsung secara optimal dan berkelanjutan," kata Dietriech.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement