Senin 10 Jul 2017 12:17 WIB

Militer, ITB, Masa Depan Bangsa: Catatan Kasus Hermansyah

Istri korban pembacokan pakar IT ITB Hermansyah, yakni Iriana (kiri) sedang mengecek barang bukti kendaraan mobil Avanza putih B 1068 ZFT di RS Hermina, Depok, Ahad (9/7).
Foto: Republika/Rusdy Nurdiansyah
Istri korban pembacokan pakar IT ITB Hermansyah, yakni Iriana (kiri) sedang mengecek barang bukti kendaraan mobil Avanza putih B 1068 ZFT di RS Hermina, Depok, Ahad (9/7).

Oleh: Dr Syahganda Nainggolan*

Hermansyah, pakar IT alumni ITB, nyaris tewas ditusuk lehernya oleh kelompok misterius ditengah kesiapan dirinya menjadi saksi ahli untuk membela Habib Rizieq Sihab atas kasus "Sexchat" yang dinyatakan palsu oleh Hermansyah.

Alhamdulillah Hermansyah sudah menjalani operasi hari Minggu, 10 Juli 2017, sore ini. Yang menarik adalah keluarga dan komunitas alumni ITB memutuskan memindahkan Hermansyah ke Rumah Sakit militer RSPAD, dengan alasan keamanan. Sekali lagi alasan keamanan!

Pilihan alumni ITB ini menarik, sebab ini menjadi tanda terjadinya pergeseran sikap anak anak ITB terhadap militer. Sejak pergolakan mahasiswa ITB 1978, di mana mahasiswa ITB menolak kembali Suharto berkuasa, saat itu, dan membuat PledoiAnti Militer "Di Bawah Sepatu LARS", persepsi mengental pada ana-kanak ITB bahwa tentara adalah manusia manusia otak didengkul, yang hanya angkuh dengan kekuatan fisiknya.

Namun pilihan memindahkan Hermansyah ke rumah sakit militer, dengan alasan keamanan, menunjukkan bahwa anak anak ITB saat ini menunjukkan rasa hormat dan percaya yang tinggi bagi militer.

Militer dan Masa Depan Bangsa

Kepercayaan yang tinggi dari anak anak ITB terhadap militer saat ini tentu sejalan dengan peristiwa politik setahun belakangan ini, di mana militer yang hampir tergiring dalam pola pola kekerasan terhadap rakyat jelata, khususnya penggusuran-penggusuran kampung kumuh di Jakarta, berubah menjadi pelindung rakyat. Khususnya bagi ummat Islam, militer dirasakan menghormati hak hak sipil dalam menyuarakan tuntutan-tuntutannya dalam koridor demokrasi.

Di luar urusan demokrasi, militer juga menunjukkan perasaan yang sama atas persoalan persoalan kedaulatan bangsa dan masalah ketimpangan sosial yang jauh dari cita cita proklamasi.

Ini misalnya, panglima militer memberikan pandangannya a.l. : (1) menunjukkan kemarahannya atas penghinaan Pancasila oleh militer Australia.

(2) Menunjukkan bahayanya migrasi Cina yang dilakukan secara sengaja oleh RRC dan akan menangkalnya dengan cara yang keras. Hal ini kita bisa lihat di youtube.

(3) Menunjukkan Indonesia milik non Indonesia. Hal mana diperlihatkan dalam puisi yang dibacakan Panglima TNI baru-baru ini.

(4) Bahwa TNI menghormati Ulama. Hal mana ditunjukkan Panglima dalam berbagai kesempatan.

Dengan bangkitnya kepercayaan rakyat terhadap militer, tentu militer mempunyai kesempatan melalukan kerja kerja strategis mendorong transformasi Bangsa Indonesia keluar dari ancaman negara gagal saat ini.

Dan harapannya, anak anak ITB akan memberikan sinergi dan energinya bagi kemajuan bangsa yang bersifat segera.

*Dr Syahganda Nainggolan, Alumni ITB

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement