Jumat 19 May 2017 14:58 WIB
Seabad Aisyiyah

Lima Karakter Aisyiyah Sebagai Gerakan Perempuan Muhammadiyah

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Agung Sasongko
Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Karakter Aisyiyah tak terpisahkan dengan Muhammadiyah. Demikian Disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir saat memberikan pengarahan pada acara Milad Aisyiyah 100 tahun, di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat (19/5).

‘’Kalau kita bedah sampai ke daging dan jantung terdalam, ada lima karakter Aisyiyah sebagai gerakan perempuan Muhammadiyah,’’ kata Haedar.

Pertama, Aisyiyah memiliki karakter utama sebagai gerakan Islam. ‘’Maka dibolak-balik apapun dan kegiatan apapun yang tumbuh mekar di Aisyiyah dari Pusat hingga ranting dan sampai jamaah selalu ada karakter gerakan Aisyiyah gerakan Islam yang sebagaimana Muhammadiyah memahami Islam seara komprehensif  dimensi akidah, ibadah, amal menjadi api spiritual gerakan Aisyiyah dan Muhammadiyah,’’ungkapnya.

Kedua, Aisyiyah sebagai gerakan perepuan Islam berkemajuan. Karakter kemajuan dari wajah dan fondasi harus menjadi identitas yang khas dari Aisyiyah. Posisinya berada di garis tengah, tidak terlalu ke kanan maupun ke kiri.

Ketiga, Aisyiyah memiliki karakter sebagai gerakan sosial kemasyarakatan di akar rumput.  

Hal ini menjadi kekuatan Aisyiyah dan Muhammadiyah.  Bahkan sejak generasi awal adalah eksistensi keberadaan dan kehadirannya di tengah masyarakat,  golongan masyarakat apapun dan dimanapun ,tanpa mebedakan agama, suku, ras dan kedaerah.

‘’Di akar rumput itu umah kita berada dan tempat kita berkiprah,’’tuturnya.

Keempat, Aisyiyah sebagai gerakan beramal usaha. Amal usaha adalah ciri dari Muhammadiyah dan Aisyiyah yang mungin agak berbeda dan tidak dimiliki oleh yang lain. Amal usahanya antara lain: kembaga pendidikan, kesehatan, pelayanan social, gerakan Al Ma’un dan lain-lain.

Kelima, Aisyiyah adalah gerakan kebangsaan. ‘’Kita ikut mendirikan Republik Indonesia dan dihadapkan pada problem republik ini.

Muhammadiyah dan Aisyiyah seluruh besar Muhammadiyah tidak boleh tinggal diam berpangku tangan. Apalagi melarikan diri dari masalah bangsa. Masalah bangsa adalah masalah Muhammadiyah dan Aisyiyah. Peran kebangsaan harus kita gelorakan sebagai panggilan dari karakter Islam,’’kata Haedar menegaskan.

Dia menambahkan, kita khususnya Aisyiyah harus menggelorakan sebagai panggilan dari karakter Islam. ‘’Kita punyai bingkai dalam bergerak dan memainkan peran itu. Kita harus terus mengelorakan peran kebangsaan yang mencerdaskan dan membebaskan yang membawa pada pencerahan,’’ujarnya.

Secara terpisah Rektor UMY UMY Gunawan Budiyanto  Aisyiyah merupakan salah satu komponen organisasi otonom dalam rangka untuk meningkatkan martabat bangsa. Para  ibu-ibu Aisyiyah  membuktikan  sangat cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),’’ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement