Senin 15 May 2017 22:04 WIB

Promosi Wisata Indonesia Harus Dicelup, Jangan Dicipratkan Saja

Pakar marketing Kafi Kurnia menjadi salah seorang panelis Rembuk Republik bertema
Foto: Prayogi/Republika
Pakar marketing Kafi Kurnia menjadi salah seorang panelis Rembuk Republik bertema "Memaksimalkan Industri Wisata Halal di Indonesia" yang digelar di Gedung Kementerian Pariwisata Jakarta, Kamis (4/5).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Idealisa Masyrafina

JAKARTA -- Indonesia memiliki beberapa faktor pendukung sehingga menjadi tujuan wisata bagi para wisatawan. Dengan berbagai keragaman budaya makanan dan pemandangan alam yang indah, Indonesia sangat siap untuk menyambut para wisatawan.

Pakar Marketing Kafi Kurnia mengatakan, dari segi pariwisatanya, Indonesia memiliki ragam wisata yang banyak sekali, mulai dari wisata kuliner, wisata alam hingga wisata religi. Apalagi pariwisata, kata dia,  seribu persen adalah pengalaman.

"Pariwisata itu seribu persen pengalaman, a journey experience. Kalau pengalamannya buruk, maka akan jadi pariwisata yang buruk," ujar Kafi Kurnia dalam acara Rembuk Republik di Gedung Kementerian Pariwisata  Jakarta, Kamis (4/5).

Kafi menuturkan, beberapa waktu lalu ia mengajak salah satu temannya yang berkewarga negaraan Inggris untuk berwisata di Indonesia. Temannya itu sangat menyukai masakan Indonesia yang pernah dimakan di Belanda, sehingga ingin merasakan kuliner langsung dari Indonesia. Salah satu tempat yang dikunjungi yaitu Lombok, NTB. Di sana sambil melihat pemandangan matahari terbenam, terdengar suara adzan dari seluruh masjid yang ada di Lombok.

Suara adzan yang bersahutan dari seluruh masjid disana menjadi pengalaman berharga bagi teman Kafi. "It's magical," kata temannya waktu itu.

Pengalaman itu merupakan salah satu yang menunjukkan bahwa Indonesia sangat menakjubkan. “Begitu banyak tempat yang menakjubkan di Indonesia, namun saat ini jumlah wisman ke Indonesia baru mencapai sekitar 10 juta orang,” ujar Kafi.

Menurut Kafi, Wonderful Indonesia tidak tepat diterjemahkan menjadi “Pesona Indonesia”, seharusnya “Takjub Indonesia”. Kafi menilai banyak tempat di seluruh dunia yang memiliki tempat bagus dan mempesona. Tapi tidak semuanya yang menakjubkan, sehingga hal itulah yang harus dijadikan promosi wisata Indonesia.

"Apa yang salah? Pariwisata Indonesia promosinya kurang tepat. Branding Indonesia hanya dicipratkan, harusnya dicelupkan," kata Kafi.

Maksud dari dicelupkan adalah promosi yang dilakukan seharusnya bersifat demografis per negara. Wonderful Indonesia seharusnya tidak berisi mengenai keindahan alam saja, namun ada kuliner, budaya, religi dan lainnya. Dia mencontohkan, turis asal Rusia bukan mencari kuliner yang enak, tapi yang paling mahal. Namun tentunya rasa menjadi yang utama bagi wisata kuliner.

"Pertama tama apapun yang kita kerjakan nomor satu makanan. Orang jatuh cinta bukan dari mata tapi dari perut. Sebagus apapun tapi kalau makanan nggak enak nggak bakalan ngetop," ujar Kafi.

Salah satu contohnya, yaitu Korea Selatan, yang mulai menggencarkan wisata kuliner sejak KPOP  mulai mendunia. Saat ini Korsel juga sudah memiliki halal food untuk mengakomodasi wisman muslim.

Menurutnya,  kekurangan Indonesia dalam wisata kuliner adalah sulitnya mencari restoran seafood,  padahal Indonesia merupakan negara kepulauan. Selain itu, restoran seafood yang saat ini ada dikenakan harga mahal.

Salah satu wisata kuliner seafood yang terkenal saat ini yaitu seafood market Bangkok, Thailand.  Di sana terdapat akuarium hewan laut berukuran besar.

Selain itu, Hongkong juga terkenal dengan seafood marketnya. Di sana wisatawan dapat membeli hewan laut hidup yang nantinya dapat dimasak oleh koki restoran.

Hal tersebut sangat berbeda di Indonesia. “Restoran seafood yang terkenal terdapat di Jimbaran. Namun tidak dengan hewan laut yang hidup, melainkan  sudah beku dan tidak sesegar yang diambil langsung di laut atau akuarium,” tuturnya.

Kafi menuturkan, masakan Indonesia sangat bervariasi dan kaya cita rasa. Namun sebenarnya masakan Indonesia sangat simpel seperti nasi goreng. Nasi goreng bahkan sudah dikenal mendunia.

"Saking simpelnya dimana-mana ada nasi goreng. Tapi tidak ada nasi goreng yang enak. Di hotel malah dibikin langsung banyak, tidak fresh. Padahal khasnya nasi goreng Indonesia adalah acar, kerupuk, dan sambal. Harusnya nasi goreng itu yang kita promosikan," tutur Kafi.

Selain itu, sate merupakan salah satu kuliner yang terkenal dan ada di seluruh Indonesia dengan kekhasan masing-masing. Namun tidak banyak restoran yang khusus menghidangkan sate dan lebih banyak menggunakan gerobak. Menurutnya perlu diadakan festival khusus untuk kedua kuliner ini.

Selain itu, kopi juga menjadi salah satu kuliner yang dapat menarik wisatawan. Kopi adalah komoditas nomor dua di dunia setelah minyak bumi, dengan nilainya yang mencapai 100 miliar dolar AS secara worldwide.

Namun yang menyedihkan, dari 10 kopi terbaik dunia, Indonesia punya 4 dengan urutan 3,4,6, tetapi tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Banyak kopi palsu di mana-dimana. Ia meyakini wisata kopi bisa menjadi penyumbang wisman yang besar.

Untuk wisata alam, di Indonesia banyak tempat-tempat indah dan pantai-pantai berombak bagus yang dapat menjadi surga bagi para peselancar. Media CNN pernah menyebutkan, dari sebanyak 50 tempat selancar terbaik di dunia, tiga di antaranya berada di Indonesia. Ketiganya adalah Pantai Uluwatu di Bali, Pantai Sipora di Mentawai, dan Pantai Nihiwatu di Sumbawa. Khususnya Nihiwatu didapuk sebagai hotel terbaik di dunia 2016 oleh majalah bergengsi Travel Leisure. Bahkan atlit selancar asal Indonesia begitu dihormati oleh dunia.

"Atlet surfing Indonesia dipuja di luar negeri. Karena Indonesia pasar surfer di dunia, tidak  pernah diutilisasi. Surfer nilainya miliaran dolar. Harusnya dikembangkan wisata surfing," kata Kafi.

Sementara itu untuk halal tourism, diperkirakan pada tahun 2020 ada sebanyak 150 juta wisatawan yang bernilai 200 miliar dolar AS. Dengan demikian, pasar yang potensinya besar ini harus segera digarap oleh Indonesia. Salah satunya dengan menggencarkan wisata religi. Dengan berbagai potensi wisata yang patut dikembangkan dengan baik ini, Kafi optismistis Pemerintah dapat mencapai 40 juta turis setahun dan pariwisata Indonesia nantinya dapat menembus target pemerintah menjadi 8 persen untuk Produk Domestik Bruto (PDB).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement