Kamis 23 Mar 2017 16:10 WIB

11 Warga Palestina Kunjungi Situs Manusia Purba Sangiran

Fosil Kayu yang berada di Museum Situs Manusia Purba Sangiran, jawa Tengah/fosil kayu (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Fosil Kayu yang berada di Museum Situs Manusia Purba Sangiran, jawa Tengah/fosil kayu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Warga Palestina, peserta pelatihan internasional tentang pariwisata dan kepurbakalaan, mengunjungi situs manusia purba Sangiran di Sragen, Jawa Tengah, untuk mempelajari manajemen pengelolaan dan pengembangan situs kepurbakalaan di Indonesia.

Sebanyak 11 warga Palestina yang bekerja di bidang pariwisata dan arkeologi itu mendatangi Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran di Sragen, Jawa Tengah, Kamis (23/3).

"Kami berharap untuk dapat mengembangkan hubungan kerja sama antara Palestina dan Indonesia di bidang pariwisata dan kepurbakalaan, bertukar pengalaman melalui program pengembangan kapasitas dari Indonesia" kata Hussein T. Madina, salah seorang peserta pelatihan dari Palestina.

Hussein yang bekerja untuk Komisi UNESCO untuk Palestina mengatakan bahwa pemerintah dan masyarakat Palestina ingin mengembangkan pariwisata religi dan purbakala dengan memanfaatkan situs-situs arkeologi warisan sejarah yang terdapat di wilayah Palestina.

"Kami berharap dapat berkolaborasi dengan Indonesia, khususnya di Palestina kami membutuhkan banyak kerja sama untuk mengelola situs-situs bersejarah kami. Seperti di wilayah Tepi Barat saja ada ratusan situs arkeologi," ujar dia.

"Kami mencoba untuk mengembangkan sejumlah situs arkeologi yang bersejarah, seperti tembok Yerikho yang merupakan situs warisan dunia," lanjut Hussein.

Pada kunjungan ke Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran itu, para peserta asal Palestina menyaksikan pemutaran film dokumenter tentang pembentukan situs purbakala Sangiran serta mempelajari cara dan praktik terbaik untuk mengelola situs-situs purbakala, khususnya untuk pengembangan pariwisata edukatif.

Para warga Palestina itu mempelajari cara penggalian artefak, invetarisasi, dan pengelolaan artefak dan situs purbakala untuk sarana pariwisata dan edukasi yang menarik.

"Kami mempelajari bagaimana Indonesia, khususnya Sangiran, berhasil mengelola penemuan situs dan artefak purbakala untuk menjadi museum dan untuk keperluan pariwisata," ucap Hussein.

UNESCO menetapkan situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia no. 593 pada 1996 dengan nama The Sangiran Early Man Site.

Pengakuan dari UNESCO itu membuktikan bahwa kekayaan potensi Sangiran bagi ilmu pengetahuan semakin diakui dunia, ketika fosil-fosil manusia ditemukan karena kurang lebih separuh dari jumlah populasi temuan fosil Homo Erectus di seluruh dunia berasal dari Sangiran dan situs di sekitarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement