Selasa 07 Mar 2017 06:07 WIB

Tantangan IORA adalah Cina

Red: M.Iqbal
Ketua Kadin Rosan Perkasa Roeslani (tengah) bersama para perwakilan kamar dagang negara anggota IORA melakukan Joint Declaration dalam IORA Business Summit dalam rangkaian KTT IORA ke-20 tahun 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (6/3).
Foto: Antara/Iora Summit 2017/Rosa Panggabean
Ketua Kadin Rosan Perkasa Roeslani (tengah) bersama para perwakilan kamar dagang negara anggota IORA melakukan Joint Declaration dalam IORA Business Summit dalam rangkaian KTT IORA ke-20 tahun 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (6/3).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Muhammad Iqbal, wartawan Republika  

Tidak ada yang salah dari optimisme Presiden Joko Widodo perihal masa depan kawasan Samudra Hindia. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asosiasi Negara Lingkar Samudra Hindia (Indian Ocean Rim Association/IORA) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Senin (6/3), Presiden menyebut kawasan ini bakal menjadi masa depan ekonomi dunia. 

Namun, sejatinya, tantangan Indonesia beserta negara-negara anggota IORA, tentu tidak mudah. Adangan yang nyata dan riil datang dari Cina, negara yang menjadi partner dialog IORA. 

Pada awal tahun ini, Pemerintah Cina meluncurkan layanan angkutan logistik kereta api antara Negeri Tirai Bambu dan London. Rute ini melintas dari Beijing, negara-negara Asia dan Eropa, sebelum mengakhiri perjalanan di London. 

Menurut kontributor Forbes, Jonathan Webb, rute ini tidak baru sama sekali. Ini bagian dari Jalur Sutra yang dimulai pada 200 sebelum masehi. 

Jejak sejarah yang memberikan kejayaan bagi Kekaisaran Cina di masa lampau. “Sekarang Beijing bertujuan untuk menghidupkan kembali jalur perdagangan bersejarah ini dengan menggunakan kekuatan rel,” tulis Webb. 

Efisiensi perjalanan merupakan tantangan dalam permasalahan logistik. Sebab, saat ini pilihannya hanya dua, yaitu mengambil rute laut yang murah namun mahal atau mengambil rute udara yang jauh lebih cepat tetapi juga jauh lebih mahal. 

Maka tak heran, keberadaan rel langsung dari Beijing ke Cina memungkinkan produsen mengeksplorasi cara-cara baru untuk menurunkan biaya logistik. 

Langkah Cina meluncurkan jalur sutra merupakan bagian dari program Presiden Cina Xi Jinping pada 2013, yaitu strategi 'One Belt, One Road'. Inisiatif ini bertujuan meningkatkan hubungan antara Beijing dan negara-negara tetangga yang disebut Eurasia. 

Webb menulis, hubungan logistik merupakan sarana utama untuk menanamkan kerja sama dan perdagangan dalam hubungan antarnegara. Banyak analis percaya peran ekonomi Cina bakal semakin meluas di masa depan, khususnya bagi negara-negara Asia Tengah.

Sebaliknya, untuk negara-negara kawasan tersebut seperti Kazakhstan, kebijakan Cina menjadi anugerah bagi kinerja ekonomi mereka. Secara historis, negara-negara Asia Tengah berjuang untuk terhubung dengan jalur perekonomian global. 

Sementara bagi Inggris, relasi kereta logistik dengan Cina, juga menjadi langkah antisipasi yang pas mengantisipasi Brexit. Negeri Tirai Bambu jelas merupakan mitra tertinggi perdagangan Inggris di tengah kekangan Uni Eropa. 

Selain Jalur Sutra, tantangan IORA lain berasal dari Cina dan juga salah satu anggota IORA, yaitu Thailand. Wujudnya adalah Kra Kanal. 

Dalam artikel yang ditulis wartawan senior The Straits Times Cheong Suk-Wai, April 2016, tergambar kekhawatiran di salah satu pembaca setia media itu, yakni Lum Pak Meng. Acuannya adalah buku pemikir Singapura Prag Khanna yang memuat Khanna Connectography. 

Lum (58 tahun) mengaku mendapat informasi perihal pembangunan Terusan Thailand. Nantinya terusan itu memotong Tanah Genting Kra. 

Jika dibangun, kanal akan menghubungkan Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan langsung, tanpa melewati Singapura. Jalur ini pertama kali diusulkan pada abat ke-17 oleh pengembang asal Prancis Ferdinand de Lesseps. 

Apabila Thailand mewujudkan Kra Kanal, maka pelayaran dari Eropa ke Cina sebesar 1.200 KM. Tidak hanya itu, Kra Kanal juga bakal mengakhiri status Singapura yang mahsyur sebagai hub papan atas dunia. 

“Saya sudah mendengar kanal ini sejak saya masih muda. Sekarang tampaknya hal ini akan menjadi kenyataan,” kata Lum. 

Khanna mengatakan, teknologi modern yang dikombinasikan dengan permintaan energi Asia dan kemauan Cina membuat Kra Kanal tidak hanya masuk akal semata. Kanal ini juga menjadi alternatif logis bagi pihak-pihak yang ingin menghindari perangkap Selat Malaka. 

Cheong Suk-Wai juga menulis, Khanna Connectography membuat Cina bakal mengendalikan rantai pasok global. Dicontohkan adalah penjahit pakaian Bangladesh untuk merek fesyen seperti Zara dapat dengan mudah menjual ke berbagai negara. 

Istilah Khanna Connectography berasal dari kata kartografi atau studi tentang peta serta konektivitas. Meskipun dianggap sebagai gagasan brilian, sejumlah kalangan meragukan teori ini. 

Sebab, kehidupan nyata terkadang lebih kompleks dibandingkan paparan para pemikir seperti Khanna. Apalagi, Singapura merupakan negara yang telah melakukan pekerja luar biasa dari sisi investasi infrastruktur untuk menahbiskan diri sebagai hub ternama. 

Hal berbeda tidak terlihat di negara-negara lain, bahkan Cina sekalipun. Sebab, begitu banyak bandara kosong di Negeri Tirai Bambu.

Menarik untuk dinantikan bagaimana negara-negara IORA menghadapi tantangan ini. Sekadar komunike bersama tentu akan hambar jika tak ada langkah konkret membendung agresivitas Cina. 

n  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement