Selasa 28 Feb 2017 13:51 WIB

Banyak PR di Ganda Putri

Reporter Senior - Nurul Hamami
Foto: Republika/ Wihdan
Reporter Senior - Nurul Hamami

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Wartawan Republika, Nurul S Hamami

Para pebulu tangkis pelatnas ganda putri baru keluar kandang pada 7-12 Februari lalu. Mereka tampil di Bangkok dalam gelaran Thailand Masters, turnamen berkategori grand prix gold dengan hadiah total 120 ribu dolar AS, 7-12 Februari lalu. Hasilnya tidak buruk-buruk amat. Dari empat pasangan yang dikirim, tiga sampai ke perempat final, satu mencapai semifinal.

Berbeda dengan empat sektor lainnya, ganda putri melewatkan dua turnamen seri GPG pembuka tahun yakni Malaysia Masters dan Syed Modi International di India. Pada Januari mereka lebih fokus membenahi fisik dan mental serta membangun kebersamaan tim. Apalagi tahun ini ketambahan anggota baru yang bergabung di pelatnas pratama yang disiapkan untuk menjadi penerus seniornya di pelatnas utama.

Tiga pasangan yang bermain hingga perempat final adalah Della Destiara Haris/Apriani Rahayu, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istirani, dan Tiara Rosalia Nuraidah/Rizki Amelia Pradipta. Sedangkan yang terhenti di semifinal yakni Greysia Polii/Rosyita Eka Putri Sari. Di sini Greysia dipasangkan dengan Rosyita yang biasanya berduet dengan Della. Pasangan main Greysia, Nitya Khrishinda Maheswari, masih dalam pemulihan pascaoperasi lutut.

Dengan capaian di Thailand Masters, tiga pasangan berhasil memperbaiki peringkat dunianya (BWF World Rankings) satu tangga. Della/Rosyita meski tak berpasangan, naik satu tingkat dari peringkat 14 ke 13, Anggia/Ni Ketut dari 15 ke 14, dan Tiara/Rizki dari 18 ke 17. Greysia walaupun menembus semifinal bersama Rosyita, tapi peringkatnya bersama Nitya melorot dari 5 ke 6. Sedangkan Greysia/Rosyita kini bertengger di peringket 195.

Bukan ukuran

Thailand Masters sebenarnya belum bisa menjadi ukuran untuk menilai performa para pemain pelatnas. Tidak semua pasangan peringkat atas dunia yang tampil di sini. Dalam jajaran sepuluh besar dunia hanya ada Chen Qingchen/Jia Yifan (Cina, peringat 6) dan pasangan tuan rumah Puttita Supijarakul/Sapsiree Taerattanachai (peringkat 10). Keduanya akhirnya bertemu di final yang dimenangkan oleh Chen/Jia.

Di nomor ganda putri, turnamen ini pun hanya diikuti oleh lima negara. Semuanya dari Asia.Tuan rumah menempatkan wakilnya paling banyak yakni 16 pasangan dari 32 pasangan yang bermain di babak utama. Indonesia mengirim delalan pasangan yang empat di antaranya adalah ganda pelatnas.  Disusul Cina Taipei dengan empat pasangan, Cina tiga pasangan, dan Jepang hanya mengirim satu pasangan.

Indonesia dan Cina menguasai perempat final dan masing-masing saling berhadapan. Satu partai perempat final lainnya mempertemukan ganda Indonesia dengan tuan rumah. Tapi Cina menunjukkan dirinya masih lebih baik. Dari tiga partai perempat final bertemu Indonesia, mereka memenangkannya di dua partai. Satu-satunya yang gagal adalah Bao Yixin/Yu Xiaohan yang haus mengakui keunggulan Greysia/Rosyita. Namun, kegagalan Bao/Yu langsung dibalas oleh Chen/Jia di semifinal.

Cina yang sedang melakukan regenerasi ganda putri patut diperhitungkan kembali akan menguasai sektor ini. Dari tiga pasangan yang dikirim ke Thailand Masters, tiga-tiganya menjejakkan kakinya di perempat final. Bahkan, dua pasangan lolos hingga semifinal, dan akhirnya satu yang lolos ke final menjadi juara.

Sedikitnya ganda elite dunia yang turun di turnamen ini, ikut memberi andil empat ganda pelatnas bisa lolos hingga perempat final. Lawan-lawan yang mereka hadapi di babak pertama dan kedua adalah pasangan yang “kelas” dan peringkatnya jauh di bawah mereka. Barulah di perempat final mereka menemui lawan yang sesugguhnya dan hanya satu pasang yang melaju ke semifinal.

Della/Apriani mengawali langkahnya dengan mengalahkan pasangan Taipei peringkat 96 dunia, Yu Chieh Cheng/Ling Fang Hu. Berikutnya mereka menyingkirkan ganda nonpelatnas Ade Magnifiro Khasanah/Rofahadah Supriadi Putri. Di perempat final Della/Apriani menyerah di Chen Qingchen/Jia Yifan yang menempati unggulan pertama.

Greysia/Rosyita sebelum akhirnya tumbang di tangan Chen/Jia, juga tak mendapat lawan berarti hingga babak kedua. Pada dua babak awal itu mereka mengandaskan dua pasangan muda tuan rumah. Di perempat final menghadapi pasangan Cina berperingkat 98 dunia Bao Yixin/Yu Xiaohan, Greysia/Rosyita mendapat perlawan keras sebelum akhirnya menang dalam tiga gim. Di semifinal, Greysia/Rosyita menyerah dengan mudah di tangan Chen/Jia.

Anggia/Ni Ketut juga tak terlalu sulit melewati dua babak awal. Di babak pertama mereka menundukkan pasangan peringkat 46 dunia Xiao Min Lin/Wu Fang Chien (Taipei), lalu menjinakkan ganda tuan rumah peringkat 110 dunia Natchpapha Chatupornkarnchana/Sanicha Chumnibannakarn. Mereka akhirnya menyerah kepada Huang Dongping/Li Yinhui (Cina, 27 dunia) setelah mundur karena Ni Ketut mengalami sesak napas ketika gim ketiga mau dimulai.

Perjalanan serupa juga dialami Tiara Rosalia/Rizki Amelia. Mereka menang mudah di dua babak awal lewat kemenangan atas pasangan belia tuan rumah berperingkat di luar 200. Namun, di perempat final Tiara/Rizki justru kalah dengan mudah dari andalan tuan rumah Puttita/Sapsiree yang diunggulkan di tempat kedua. Momentum yang bagus di langkah awal gagal dipertahankan ketika bertemu dengan ganda Thailand peringkat 10 dunia itu.

 

Meski tidak diikuti oleh pemain-pemain elite dunia, Thailand Masters sudah memberi pelajaran berharga bagi para pemain pelatnas ganda putri. Melihat skor yang terjadi, tampak mereka belum bisa keluar dari tekanan ketika berjumpa dengan pemain-pemain yang peringkatnya berada di atas. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus mereka selesaikan sebelum berkonsentrasi lagi ke turnamen-turnamen berikutnya.

Kepala pelatih pelatnas ganda putri, Eng Hian, pun mengaku tidak puas dengan pencapaian yang diraih anak asuhnya di Thailand Masters. Dia menyebut “semangat juang” para pemain masih belum maksimal sehingga kalah ketika berhadapan dengan pemain di atasnya. “Apa yang sudah dilakukan selama persiapan, latihan, lelah, sakit, semua hasilnya tdak terlihat,” katanya, seperti dikutip laman resmi PP PBSI, badmintonindonesia.org.

Eng Hian melihat para pemainnya belum bisa keluar untuk mengatasi persoalan dirinya sendiri di lapangan. Dia mencontohkan kekalahan yang diderita oleh Greysia/Rosyita di semifinal lantaran keduanya tidak bisa mengatasi dirinya sendiri dan akhirnya mengalah begitu saja. “Give up begitu saja adalah suatu hal yang tidak bisa diterima,” ucapnya.

Menurut Eng Hian, dia tidak mengutamakan hasil, namun prosesnya. Para pemainnya dapat kalah dengan skor berapa saja, tapi kalau sudah berjuang mati-matian maka hasilnya bisa diterima.

Dari sejumah evaluasi yang dikemukakan oleh Eng Hian, tampak jelas masih banyak pekerjaan rumah bagi para penghuni pelatnas ganda putri. Selain harus terus meningkatkan kualitas permainannya, mereka juga harus meningkatkan lagi semangat juang di lapangan pertandingan. Ini hanya dapat dilakukan dengan disiplin dalam berlatih dan berkemauan keras untuk maju. Jangan cepat puas dengan capaian yang sudah ada

Turnamen Jerman Terbuka GPG di Innogy Sporthalle, Muelheim, pekan ini, akan menjadi ujian berikutnya bagi skuat ganda putri sebelum berangkat ke All England. PP PBSI hanya mengirim dua pasangan. Greysia yang di Thailand berpasangan dengan Rosyita, kali ini dipasangkan dengan Rizki Amelia. Sedangkan, Sedangkan Rosyita kembali dipasangkan dengan Della.

Melihat undian pertandingan, semestinya Greysia/Rizki mampu melewati dua babak awal. Tantangan berat mereka adalah di perempat final yang kemungkinan besar sudah harus berhadapan dengan juara bertahan asal Cina, Huang Yaqiong/Tan Jinhua. Bila bisa melewati Huang/Tan, diprediksi calon lawan Greysia/Rizki adalah unggulan pertama Naoko Fukuman/Kurumi Yonao (Jepang, peringlat 8 dunia).

Della/Rosyita tampaknya sudah akan menghadapi lawan berat di babak kedua. Pada babak pertama mereka akan bertemu dengan pemain yang lolos dari babak kualifikasi. Bila sesuai perhitungan, calon lawan yang akan dihadapi di babak kedua yakni Bao Yixin/Yu Xiaohan yang sempat menyulitkan Greysia/Rosyita di Thailand Masters.

Dibandingkan dengan Thailand Masters, Jerman Terbuka tampak lebih kompetitif. Di sini pemain-pemain Eropa turun sebagai ajang pemanasan menuju All England. Semoga saja Greysia, Rizki, Della, dan Rosyita sudah memperbaiki kekurangan mereka sehingga bisa lebih bersinar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement