Rabu 15 Feb 2017 15:21 WIB

Tidak Bisa Memilih, Warga Kebon Kosong Kecewa dan Menangis

Rep: Ali Yusuf/ Red: Teguh Firmansyah
Warga rusun Marunda, Jakarta Utara, menunjukan surat pendaftaran pemilih dari KPU. Namun, mereka tidak bisa memilih karena tak masuk DPT, Rabu (15/2).
Foto: Republika/Eko Supriyadi
Warga rusun Marunda, Jakarta Utara, menunjukan surat pendaftaran pemilih dari KPU. Namun, mereka tidak bisa memilih karena tak masuk DPT, Rabu (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Puluhan warga di Kelurahan Kebon kosong  RT 12 RW 07, Kemayoran,  Jakarta Pusat emosi ketika datang ke TPS sesuai undangan. Namun saat datang petugas KPPS nya menyatakan jika surat suaranya habis.

"Sampai nangis saya tadi saking kesalnya. Banyak orang yang sama riwayatnya seperti saya ketika datang ke TPS 21 petugasnya bilang surat suaranya habis," kata Susan menceritakan perjuangannya untuk dapat memilih kepada Republika.co.id Rabu (15/2).

Susan menceritakan, dia datang sekitar pukul jam 11.00 siang ke TPS 21 di kelurahan Kebon Kosong  RT 12 RW 07 Kemayoran Jakarta Pusat dikarenakan belum memiliki KTP-el karena blanco kelurahan habis sudah sekian lama.

Jadi kini, Susan hanya memiliki surat keterangan kelurahan untuk ikut pemilukada.  Sehingga, Susan disarankan panitia pemilu di TPS 21 untuk menunggu giliran terakhir atau sekitar jam satuan untuk bisa memilih.

"Dan apa yang  terjadi..? Pada pukul 12.30 atau waktunya saya harus mencoblos,,  tiba-tiba panitia mengatakan surat suara habis.  Mendengar hal itu jadi banyak warga ricuh karena banyak warga yang belum kebagian untuk memberikan suara," ujarnya.

Bahkan kata dia, pada kesempatan yang sama dari TPS lain juga berdatangan mengeluhkan hal yang sama. Bahwa di TPS Kelurahan Kebon Kosong juga sudah kehabisan surat suara.

Baca juga, Polisi Utamakan Pendekatan Masyarakat Amankan Pilkada Serentak.

Susan dan beberapa warga lainnya yang tidak bisa memilih karena surat suara habis langsung menuju kelurahan untuk mendapatkan penjelasan. Karena, kata dia, hal seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi dalam proses demokrasi di DKI Jakarta.

"Seharusnya kertas sudah dikeluarkan berdasarkan data-data warga yang ada. Namun kenapa bisa habis begini...? Dimakan kemana..,?" tanya Susan yang tidak bisa menutupi kekecewaannya.

Menurut Susan dirinya sempat diping-pong oleh petugas di setiap TPS karena dianggap terlalu vokal untuk mengajak yang tidak kebagian surat suara untuk protes ke panitia sampai ke Kelurahan. Namun, tetap meski telah keras berjuang tidak menyampaikan hak suaranya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement