Rabu 18 Jan 2017 00:12 WIB

Masyarakat Muslim Hitu Bantu Renovasi Gereja Galala

Sejumlah pemuda Muslim membantu menjaga keamanan gereja dan mengatur lalu lintas saat umat Kristiani beribadah malam Natal di Gereja Silo, Ambon, Maluku, Sabtu (24/12) malam.
Foto: Antara/Embong Salampessy
Sejumlah pemuda Muslim membantu menjaga keamanan gereja dan mengatur lalu lintas saat umat Kristiani beribadah malam Natal di Gereja Silo, Ambon, Maluku, Sabtu (24/12) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Masyarakat Muslim Hitu Lama dan Hitumesing Kecamatan Leihutu, Kota Ambon, Maluku, membantu renovasi gedung Gereja Imanuel Galala di Kecamatan Sirimau.

Warga Hitu Lama yang memiliki hubungan pela atau persaudaraan dengan masyarakat Galala bersama-sama terlibat dalam pembongkaran gedung Gereja Immanuel. Gedung yang dibangun tahun 1956 itu akan direnovasi.

Kepala desa Galala Johan van Capelle menyatakan, komitmen hubungan pela telah dimulai sejak tahun 1959 yakni kedua negeri bersepakat mengangkat pela untuk membangun hubungan baik dalam suka dan duka.

"Wujud komitmen tersebut terbukti di setiap kegiatan masyarakat Galala maupun Hitu Lama, kedua negeri selalu melibatkan pemerintah beserta masyarakat. Hal itu terbukti dengan kegiatan pembongkaran gereja yang dilakukan saat ini," katanya di Ambon, Selasa.

Menurut dia, kegiatan renovasi gereja yang dilakukan dua hubungan pela ini dapat disampaikan kepada masyarakat Maluku dan Indonesia secara umum bahwa damai itu indah, kerukunan umat bergama harus terus terjalin.

"Langkah ini sesuai dgan program pemerintah provinsi yang menjadikan Maluku sebagai laboratorium kerukunan antarumat beragama. Di sini kita ingin menunjukkan kepada masyarakat Maluku bahwa kita turut berpartisipasi dalam mendukung program pemerintah Maluku," ujarnya.

Komitmen tersebut berangkat dari budaya pela dua negeri ini terjalin sejak tahun 1959 dan terus terpelihara, melalui Panas Pela yang telah digelar empat kali untuk memperkokoh hubungan persaudaraan dua negeri tersebut.

Raja Negeri Hitu Lama Salhana Pelu menjelaskan, keterlibatan masyarakat Hitu Lama dalam pembongkaran Gereja Galala bukan hal yang baru, karena sejak awal pembangunan gereja ini pada tahun 1956 masyarakat Hitu juga terlibat.

"Keterlibatan warga Hitu dengan menyumbangkan tenaga dan material untuk membangun gereja. Kami datang dengan sukacita untuk membantu basudara Galala merenovasi gereja," tandasnya.

Ia mengakui, komitmen hubungan pela dengan Galala telah terjalin sejak lama, dan setiap ada kegiatan menyangkut kedua negeri merupakan tanggung jawab bersama.

Sementara itu Ketua Majelis Jemaat GPM Immanuel Galal Hative Kecil Pendeta Joice Saimama mengatakan, pelaksanaan pembongkaran sampai dengan pembangunan gereja, tanggung jawab pembangunan tidak melupakan basudara pela di Hitu Lama dan Hitumesing.

Sejak awal peletakan batu pertama pembangunan gereja pada 12 Juli 2016 telah melibatkan basudara dari dua negeri, bahkan Raja Hitu Lama dan penjabat Hitumesing ikut dalam peletakan batu pertama, dan ketika melangkah kepada pembongkaran maka hal ini menjadi tanggung jawab bersama.

"Pekerjaan pembongkaran dilakukan staf raja sampai dengan masyarakat. Yang menjadi perhatian bersama adalah dalam Gereja Immanuel ini ada 12 tiang yang merupakan sumbangan dari dua negeri sehingga itu akan kita jaga dan di gereja baru juga tetap akan ada 12 tiang," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement