Sabtu 12 Nov 2016 06:00 WIB

Siapakah Pahlawan?

Asma Nadia
Foto: Daan Yahya/Republika
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, Sebenarnya siapa yang disebut pahlawan? Ada banyak pertanyaan bisa diangkat seputar ini. Apakah gelar tersebut hanya pantas disandang mereka yang terjun langsung di medan perang?

Sebagaimana sebagian besar tugu pahlawan ataupun taman makam pahlawan di seluruh dunia,  memang didedikasikan bagi mereka yang gugur di medan pertempuran. Jika demikian, apakah harus terjadi peperangan dulu baru lahir pahlawan?

Apakah berarti pahlawan tidak ditemukan di masa damai?

Lalu, bagaimana dengan aktivis lingkungan yang berjuang melestarikan alam, atau relawan pendidikan yang bekerja keras mencerdaskan anak bangsa. Apakah mereka tidak layak mendapat predikat pahlawan?

Kapan pula seseorang pantas disebut demikian?

Apakah ia disematkan ketika seseorang sudah meninggal?

Jika pahlawan hanya ungkapan khusus buat mereka yang sudah meninggal, akankah banyak yang takut bahkan menghindar dari menjadi pahlawan? Tidakkah gelar ini sebaiknya juga boleh disandangkan semasa seseorang masih hidup? Pertanyaan lain.

Berapa angka yang harus dicapai seseorang untuk berhak mendapatkan predikat pahlawan?

Apakah ia harus berjasa bagi banyak orang? Atau bermanfaat untuk masyarakat luas? 

Lalu bagaimana dengan seorang ibu yang berjasa bagi anaknya, ayah yang bekerja keras demi keluarga, istri yang berbakti pada suami? Atau suami yang menjaga istrinya.

Apakah segenap kebaikan tersebut tidak membuat mereka boleh dianggap pahlawan? Hal lain, seberapa tinggi jabatan harus dicapai agar seseorang dikategorikan pahlawan. Lalu apakah hanya kepala negara, menteri, gubernur, atau jenderal yang memenuhi kriteria?

Bagaimana dengan buruh kalangan bawah yang tanpa mereka tidak akan ada barang-barang industri, para 'pengadopsi' sampah yang tanpa mereka lingkungan akan kotor dan sumber daya alam  bisa jadi tersedot habis. Masih ada belasan bahkan puluhan deret pertanyaan yang bisa diungkap. Akan tetapi yang paling penting di antara semua pertanyaan itu--yang jika dijawab dengan tepat oleh setiap kita--akan membuat dunia lebih baik:

Inginkah Anda  menjadi pahlawan?

Jangan khawatir, seseorang tidak harus lebih dulu meninggal untuk itu. Sosok inspiratifnya jika masih hidup, insya allag akan  terus menambahkan lebih banyak amal dan kebaikan. Jangan pula ragu sebab kita tidak perlu menunggu perang untuk menjadi pahlawan.

Sosok inspiratifnya bisa muncul kapan saja dan sangat dibutuhkan di setiap waktu.  Di masa perang atau damai, di saat suka maupun duka, kala mudah ataupun susah. Pahlawan selalu dinanti. Dan dalam skala sederhana, siapa pun berkesempatan menjadi pahlawan. 

Orang tua  menjadi pahlawan bagi anaknya.

Seorang guru bisa menjadi pahlawan bagi murid-muridnya.

Atasan yang menjadi pahlawan bagi para karyawannya.

Bahkan anak bisa mendapat tempat sebagai pahlawan bagi orang tua, maupun temannya. Tidak mustahil pula seorang murid menjadi pahlawan di mata gurunya.

Pada akhirnya,  bukan masalah waktu, tempat, tidak pula tergantung situasi, profesi, atau posisi. Menjadi pahlawan adalah tentang pilihan. Apakah kita memilih menjadi seseorang yang berarti dalam hidup, atau cukup nyaman menjadi biasa-biasa saja, atau justru memilih jalan pecundang? Satu hal, kesempatan menjadi pahlawan terbuka bagi semua sebab Allah dengan sangat adil, telah membekali setiap hamba-Nya kemampuan dan kesempatan untuk menjadi berarti tak hanya bagi dirinya sendiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement