Jumat 21 Oct 2016 20:01 WIB

Ima Matul, Penasihat Presiden Obama Berbagi Pengalaman di Cianjur

Rep: Riga Iman/ Red: Ilham
Ima Matul bersama presiden Barack Obama
Foto: VOA
Ima Matul bersama presiden Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Anggota dewan penasihat Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, Ima Matul Maisaroh berkunjung ke Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (21/10). Kedatangannya ke Cianjur sebagai bagian kerja sama antara Yayasan Mentari yang dinaunginya dengan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Cianjur.

Ima Matul yang berasal dari Malang, Jawa Timur ini menjadi pusat perhatian setelah berorasi dalam konvensi Partai Demokrat beberapa waktu lalu. Di Cianjur, Ima Matul berbagi pengalaman dan cerita mengenai perjuangannya di Amerika. "Awalnya sebagai anggota para penyintas (survivor) mengeluarkan ide untuk membuat undang-undang survivor empowermen act,’’ terang Ima Matul menceritakan awal mula terpilih sebagai penasehat Obama untuk isu perdagangan orang atau human trafficking.

Ia bersama dengan mantan korban perbudakan atau penyintas bekerja sama dengan pemerintah di sana untuk membuat undang-undang tersebut. Ima menerangkan, undang-undang tersebut berhasil disahkan setelah tiga tahun proses lobi. 

Dalam ketentuan tersebut disebutkan ada delapan hingga 14 orang korban penyintas yang harus menjadi penasehat presiden di bidang perdagangan manusia. Menurut Ima, ia akhirnya terpilih menjadi salah satu penasehat presiden bersama dengan sepuluh orang lainnya. Selain dari Indonesia, ada juga yang berasal dari Kamerun, India, Meksiko, dan warga Amerika sendiri yang menjadi penasehat Obama di bidang perdagangan orang.

Proses pemilihan penasehat presiden tersebut cukup ketat dan sulit. Mereka harus bebas dari rekam jejak tindak kejahatan dan melalui proses wawancara khusus oleh pengacara. Pemilihan penasehat presiden ini dilakukan pada Desember 2015, lalu. Masa jabatannya selama dua tahun yang akan berakhir pada Desember 2017 mendatang.

Menurut Ima, setelah bebas tugas, ia kemungkinan bisa terpilih kembali. Sebab, ia aktif di yayasan Coalition to Abolish Slavery & Trafficking (CAST). Lembaga tersebut memberikan pertolongan kepada korban perdagangan orang dan mendampingi dalam proses legalitas untuk tinggal di Amerika. "Saya bekerja di yayasan itu sejak 2012,’’ terang Ima Matul.

Sebelumnya, di yayasan yang sama Ima menjadi volunteer sejak 2008. Selain menceritakan proses pemilihan menjadi penasehat presiden, Ima juga secara singkat berbagi pengalaman awalnya datang ke Amerika. "Awalnya pada 1997 sampai di Amerika karena ditawarkan bekerja sebagai PRT,’’ kata dia.

Ima dijanjikan gaji sebesar 150 dolar Amerika per bulan. Namun, setelah di sana pekerjaan yang diberikan tidak sesuai karena dalam sehari bekerja selama 18 jam. Bahkan, gaji yang dijanjikan pun tidak dibayar oleh majikan. Alasannya, gaji tersebut akan diberikan ketika dia pulang ke Indonesia.

Majikan Ima, lama kelamaan melakukan kekerasan berupa pukulan. Ima akhirnya tidak kuat dan meminta bantuan tetangga sebelah. Total waktu bekerja di majikannya tersebut Selma tiga tahun dari 1997 hingga 2000. "Saya melihat kasus perdagangan manusia di Indonesua juga tinggi,’’ kata Ima mengomentasi kasus trafficking di Indonesia.

Pasalnya, informasi yang diperolehnya kasus tersebut terjadi di mana-mana. Kehadirannya ke Cianjur, lanjut Ima, dalam rangka bantuan penanganan korban trafficking. "Saya tidak pernah putus asa karena ada semangat untuk maju dan mandiri,’’ kata dia. Meskipun lanjut dia hal itu tidak mudah dan tidak bisa dilakukan setiap orang.

Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar menyambut positif kehadiran Ima Matul dalam membantu penanganan trafficking di Cianjur. Terlebih, selama ini jaringan trafficking dilakukan terorganisir dan tersebar mulai dari daerah sampai internasional.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement