Selasa 19 Jul 2016 13:52 WIB

Tito: 90 Persen Dia Adalah Santoso

Red: Ilham
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian
Foto: Republika/ Darmawan
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan, dua buron kasus terorisme di Poso, Sulawesi Tengah, Santoso dan Basri kemungkinan besar adalah dua orang yang tewas tertembak, Senin (18/7) sore.

"Dari hasil gambaran wajahnya dan ciri-ciri yang lain baik oleh anggota yang kenal dengan dia, beberapa orang saksi yang mengenal dia, maka dia adalah Santoso," kata Tito di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (19/7).

Untuk menguatkan identifikasi secara fisik, dua jenazah korban yang tewas ditembak Satgas Tinombala akan dibawa dari Poso ke Kota Palu melalui helikopter siang ini. Dari bandara akan dibawa ke RS Bhayangkara, dibersihkan lagi.

Nanti di situ sudah ada keluarga dan kepala lingkungannya. Ada juga beberapa tersangka yang sekarang lagi ditahan saat ditangkap dalam operasi Tinombala.

Jenazah yang satunya diduga adalah Basri karena memiliki banyak tato di tubuhnya. Basri memang banyak Tato di badannya karena dia pernah ditangkap oleh Satgas Polri pada 2007. "Jadi kita buka sekali lagi 80 persen atau katakanlah 90 persen, dia adalah Santoso. Yang satunya lagi kira-kira 70 persen adalah Basri. Mungkin 2-3 jam ke depan dibersihkan di RS Bhayangkara kita akan mendapatkan keterangan yang lebih akurat lagi," katanya.

Tito mengatakan, selain mendatangkan saksi para tersangka keluarga atau warga yang mengenal, Polri juga akan mendatangkan polisi yang pernah memeriksa Santoso dan Basri beberapa tahun lalu.

Sebelumnya, Satgas Tinombala terlibat kontak tembak dengan kelompok bersenjata di Desa Tambarana, Poso, Sulteng, Senin (18/9), sore. Dua orang tewas sedangkan tiga lainnya termasuk dua wanita berhasil lolos.

Tito mengatakan, jika nantinya Santoso dan Basri benar tewas tertembak, maka tidak ada lagi tokoh yang memiliki kemampuan memimpin jaringan yang masih tersisa, termasuk Ali Kalora yang masih buron. "Ali Kalora juga tidak memiliki kemampuan, kompetensi dan leadership seperti Basri dan Santoso," kata Tito.

Namun, dia mengatakan kaderisasi bisa saja terjadi jika pemerintah tetap mendiamkan kelompok ini, termasuk upaya untuk menetralisir kelompok kekerasan. Dia mengatakan, persenjataan kelompok ini diperkirakan hanya memiliki satu senjata api stadar pabrik setelah satu senjata M16 disita usai kontak tembak Senin, kemarin.

"Persenjataan gak sebanyak sekarang. Senjata rakitan 3-4, senjata pabrikan satu lagi," ujarnya.

Tito menyampaikan terima kasih pada Satgas Polri, terutama TNI yang terlibat langsung dalam kontak tembak itu.

"Kalau memang betul ini Santoso, apapun operasi ini saya ucapkan terima kasih apresiasi kepada rekan-rekan TNI dan Polri karena ini operasi gabungan Tinombala ini. Juga dari BIN dan lain-lain," katanya. Operasi Tinombala akan terus berlangsung karena masih banyak buronan yang berlum tertangkap.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement