Ahad 26 Jun 2016 14:05 WIB

Gerakan Hizmet dan Penangkapan WNI

Suasana bedah buku karya Fethullah Gulen oleh UIN Syahid Hidayatullah Jakarta
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Suasana bedah buku karya Fethullah Gulen oleh UIN Syahid Hidayatullah Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Grienda Qomara

Alumnus Program Studi Sarjana Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga

Pegiat Forum Negarawan Muda

 

Handika Lintang Saputra, WNI yang sedang berkuliah di Universitas Gazintep, ditangkap otoritas Turki atas dugaan keterlibatannya dengan gerakan Hizmet. Penangkapan tersebut terjadi pada tanggal 3 Juni 2015. Sampai saat ini KBRI Ankara masih melakukan upaya pembebasan atas tuduhan tersebut. 

Penangkapan ini adalah konsekuensi dari hubungan Fethullah Gulen sebagai pendiri gerakan Hizmet dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Hubungan keduanya pada awalnya saling mendukung. Ketika pemilu tahun 2002 gerakan Hizmet mendukung Erdogan seiring dengan ketidakcocokkan antara Fethullah Gulen dengan Partai Refah yang dipimpin Nicmettin Erbakan. Gerakan Hizmet pun menjadi salah satu komponen yang mengantarkan partai AKP di bawah Erdogan memenangi pemilihan umum.

Hubungan keduanya meruncing karena beberapa hal. Pertama, Deputi Jenderal Jaksa Zakaria yang disebut-sebut memiliki kedekatan dengan gerakan Hizmet menuntut beberapa pengusaha, walikota Fatih, dan beberapa gubernur dan pejabat senior atas tuduhan korupsi. Sebanyak 66 orang ditangkap. Presiden Erdogan merespon hal ini dengan mengatakan bahwa ada kelompok rahasia yang bersembunyi di bawah pemerintahannya (negara dalamnegara) tanpa menyebut hubungan gerakan Hizmet dengan Zakaria Oz. 

Tidak berhenti di situ, perlakuan Pemrintahan Erdogan terhadap kelompok Kurdi sebagi teroris memancing kemarahan Gulen. Selain itu, Gulen juga menyalahkan Erdogan atas insiden Mavi Marmara. Erdogan menuduh Gulen mendukung Israel. Kemudian perlakuan Erdogan yang menganggap kelompok Kurdi sebagai kelompok teroris membuat Gulen geram. 

Konsekuensinya Edogan menghalangi beroperasinya sekolah-sekolah yang berafiliasi dengan gerakan Hizmet. Pemerintah menganggap gerakan Hizmet sebagai gerakan pemberontak. Sementara media-media gerakan Hizmet melancarkan kampanye kritik terhadap pemerintahan Erdogan. Sebelum keduanya berselisih, tidak ada aksi penangkapan dan pelarangan terhadap gerakan Hizmet.Apa yang terjadi pada Handika adalah konsekuensi politik hubungan gerakan ini dengan pemerintah Turki. 

Fethullah Gulen pun pada tahun 1999 meninggalkan Turki menuju AS untuk keperluan pengobatan. Kepergiannya ini ditengarai karena setahun setelahnya tersebar rekaman yang memperdengarkan ajakan Gulen kepada pengikut terdekatnya untuk masuk ke pemerintahan dan merubah sistem politik yang sekuler menjadi sistem politik Islam. Gulen sendiri membantah hal tersebut.

Sejatinya pemerintah Indonesia tidak perlu kawatir dengan gerakan Hizmet. Lagi pula, beberapa institusi pendidikan gerakan Hizmet juga terdapat di Indonesia lewat Yayasan PASIAD Indonesia. Banyak pemuda Indonesia yang belajar di SMA-SMA dan asrama yang dikelolanya. Beberapa juga dikirim ke Turki untuk menempuh studi sarjana ataupun paskasarjana. 

Selain itu, nilai yang disebarkan Fethullah Gulen melalui gerakan Hizmet adalah nilai yang sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut gerakan Islam di Indonesia. Gerakan Hizmet merupakan gerakan Islam yang melihat Islam tidak bertentangan dengan demokrasi, toleransi, modernitas dan nasionalisme. Dalam beberapa hal ini beirisan dengan gerakan Muhammadiyah dan NU di Indonesia. Jadi pemerintah tidak perlu khawatir dengan keterlibatan pemuda-pemudi Indonesia dalam gerakan ini. 

Pencapaian gerakan ini juga cukup cepat. Dalam waktu tidak kurang dari 60 tahun sejak berdirinya pada tahun 1960-an, institusi yang tergabung dalam gerakan ini sudah menyebar di Eropa, Amerika Serikat, Afrika, Asia Tengah, Asia Tenggara, Australia, dan negara bekas Uni Soviet. Gerakan ini juga aktif dalam dialog antaragama untuk menjalin kerjasama dan toleransi. Selain itu, gerakan Hizmet juga menyediakan pelayanan publik di bidang kesehatan dan asosiasi bisnis untuk membantu orang yang kurang mampu. Bahkan Gus Dur pernah mengatakan bahwa kita harus belajar dari Badiuzzaman Nursi dan Fethullah Gulen di Turki atas standar moral yang mereka perjuangkan (Indonesian Journal for Islamic Studies: 2008). 

Sebagai intelektual, pengaruh Fethullah Gulen bisa dikatakan cukup kuat. Dalam pemungutan suara yang dilakukan majalah ternama Foreign Policy pada tahun 2008 mengenai siapa intelektual publik yang paling berpengaruh, Fethullah Gulen menduduki peringkat pertama. Dalam edisi tersebut dijelaskan bahwa sebagai pemimpin gerakan keagamaan, Gulen adalah intelektual Islam dengan sebuah jaringan global yang terdiri dari jutaan pengikut.

Pemerintah hanya perlu menjaga hubungan baik dengan keduanya – baik pemerintah Turki di bawah Erdogan dan gerakan Hizmet di bawah Fethullah Gulen. Sebagai negara yang sama-sama terdiri dari mayoritas umat Muslim, Indonesia bisa belajar dari gerakan Hizmet sebagai masyarakat sipil. Indonesia dan Turki adalah dua negara yang membuktikan bahwa Islam tidak bertentangan dengan demokrasi, toleransi, dan modernitas. Oleh karena itu, kerjasama Indonesia dan Turki adalah masa depan bagi Umat Muslim dan dunia. 

Di tengah citra buruk terhadap Islam setelah tragedi 9/11, Indonesia dan Turki menjadi negara yang mampu mempertemukan Islam dengan demokrasi dan modernitas. Kedua negara berperan besar dalam usaha perdamaian untuk mencegah benturan peradaban sebagaimana diprediksi Samuel P. Huntington. 

Di tengah perselisihan antara Presiden Erdogan dan gerakan Hizmet, kementerian Luar negeri Indonesia harus mampu menempatkan diri secara bijak sehingga mendapatkan keuntungan yang maksimal dari dua pihak yang berselisih tersebut. Kementerian luar negeri harus melakukan diplomasi bilateral kepada pemerintah Turki dan meyakinkan bahwa tidak ada WNI yang terlibat dalam gerakan pemberontakan. 

Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga bisa menjaga hubungan baik dengan gerakan Hizmet. Selain pemerintah, ormas Islam hendaknya belajar dari keberhasilan gerakan Hizmet dalam mempromosikan Islam yang kompatibel dengan demokrasi, toleransi, dan modernitas. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement