Selasa 03 May 2016 17:13 WIB

Politisi Diminta tak Mengklaim Pembebasan 10 Sandera

Rep: Amri Amirullah/ Red: Ilham
Sepuluh orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah dibebaskan kelompok teroris Abu Sayyaf tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Ahad (1/5) malam.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Sepuluh orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah dibebaskan kelompok teroris Abu Sayyaf tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Ahad (1/5) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dibebaskannya 10 sandera warga negara Indonesia (WNI) dari Abu Sayyaf di Filipina Selatan pada Senin (3/5) lalu, berujung saling klaim keberhasilan oleh para petinggi politik di Indonesia.

Pengamat Politik, Boni Hargens mengatakan, salah satu klaim yang memprihatinkan dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Retno mengakui ini sebagai wujud keberhasilan diplomasi internasional.

"Ini murni keberhasilan kerja intelijen kita dan TNI. Mereka (politikus) justru mengambil keuntungan politik dari keberhasilan intelijen dan TNI," kata Boni kepada Republika.co.id, Selasa (3/5).

Menurut mantan juru bicara Relawan Jokowi ini, kerja intelijen didukung penuh oleh TNI, menjadi bagian penting mengupayakan pembebasan para sandera. Jadi ini bukan karena diplomasinya Menlu.

Karena itu, lanjutnya, tidak mungkin menghadapi kelompok seperti ini hanya dengan mengandalkan diplomasi yang berbasis teks buku. Operasi seperti ini selalu merupakan keunggulan intelijen karena berkomunikasi dengan para teroris itu tidak mudah. Diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang mereka, termasuk bagaimana cara efektif berkomunikasi dengan  mereka.

"Dulu, Mutia Hafitz dari MetroTV disandera di Timur Tengah, saya tahu betul peran Pak Saud Ahmad."

Saat itu intelijen yang bertugas di Timur Tengah yang berkomunikasi dengan kelompok teroris di sana dan membebaskan Mutia.

Negara, kata dia, harusnya memberikan apresiasi dan penghargaan kepada badan intelijen negara dan TNI yang telah berjasa mengupayakan pembebasan para sandera ini. Dan seharusnya, kata dia, Menlu Retno jangan menjadi pahlawan kesiangan dengan mengakui pembebasan sandera ini sebagai keberhasilan diplomasi. Ini keberhasilan bersama, tapi tentu peran intelejen dan TNI lah yang lebih penting.

Pesan yang sama juga ia sampaikan kepada Mayjen Purnawiran Kivlan Zen dan tim kemanusiaan Surya Paloh. Bagi dia, keduanya juga ikut berperan di lapangan. "Jadi tidak ada keberhasilan yang lansung di ujung," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement