Rabu 03 Feb 2016 15:22 WIB

BNPT Pelototi 19 Pondok Pesantren Diduga Radikal

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ilham
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Saud Usman Nasution
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Saud Usman Nasution

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Komjend Saud Usman Nasution mengatakan, 19 pondok pesantren yang diduga radikal masih menjadi pantauan dan monitoring BNPT. 19 Ponpes ini diduga menjadi salah satu kantong pemasok terorisme.

Saud saat dihubungi Republika.o.id, mengatakan, para tersangka teroris yang sudah ditangkap berasal dari 19 ponpes tersebut. Beberapa diantaranya bahkan menjadi pengajar dan pengasuh pondok pesantren.

Menurut Saud, BNPT tak hanya memantau dari jauh, tetapi juga masuk dalam jaringan mereka untuk bisa mengetahui gerakan mereka. Saud mengatakan, monitoring yang dilakukan oleh BNPT mulai dari gerakan, kegiatan sehari-hari, dan kajian yang mereka lakukan.

"Ya, itu alumni pondok-pondok itu ada beberapa yang memang menjadi tersangka teroris. Tak sedikit juga dari mereka para tersangka yang mengajar di sana," kata Saud, Rabu (3/2).

Saud mengatakan, dari hasil monitoring yang dilakukan BNPT, mereka memang melakukan kajian yang berbeda dari ponpes yang ada selama ini. Beberapa kajian mereka mengarahkan untuk berjihad dalam rangka membangun paradigma yang sama dengan aliran radikal selama ini.

Meski begitu, BNPT tidak bisa serta merta menangkap mereka karena hal tersebut juga dianggap sebagai tindakan yang tergesa-gesa. BNPT juga tidak memiliki prosedur soal itu. Menurut Saud, yang terpenting adalah meluruskan ajaran mereka dan meyakinkan bahwa jalan teror bukanlah jalan yang baik.

Dari 19 pondok pesantren radikal tersebut, diantaranya adalah pondok pesantren yang diasuh oleh Abu Bakar Ba'asyir. Selain itu, Saud mengatakan, beberapa pondok pesantren di daerah Jawa Tengah, Ambon, dan Poso juga ada yang mengajarkan ajaran radikal.

Ia berharap dengan konsep deradikalisasi yang saat ini sedang berjalan bisa mengurangi dampak dari tindakan radikal mereka. Selain itu, BNPT juga merasa bahwa saringan informasi dan transfer knowledge yang ada di pusaran mereka harus diputus.

"Ya para narapidana yang sudah kembali di jalan yang benar dan merasa tindakan teror adalah salah juga kami libatkan untuk memberikan pencerahan kepada mereka," kata Saud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement