Kamis 07 Jan 2016 14:32 WIB

Selesaikan Konflik Arab-Iran, Indonesia Rangkul Negara Lain

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ilham
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pernyataan pers tahunan di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (7/1).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pernyataan pers tahunan di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia memilih sikap bebas aktif dalam konflik Arab Saudi dan Iran yang terjadi awal 2016 ini. Indonesia merangkul negara-negara lain dan organisasi untuk membantu menyelesaikan konflik secara damai.

Sejauh ini, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi telah menjalin komunikasi dengan Arab Saudi, Iran, Malaysia, Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, Rusia, dan sekretaris jenderal Organisasi Konferensi Islam (OKI). Indonesia juga akan menjalin komunikasi intensif dengan beberapa negara lainnya.

Retno mengatakan, dalam pembicaraan dengan semua menteri luar negeri yang sudah dihubungi, Indonesia menyampaikan kekhawatiran mengenai memburuknya hubungan Arab Saudi dan Iran. "Karena hubungan yang memburuk antara kedua negara dikhawatirkan akan mempengaruhi perdamaian dan stabilitas di kawasan," katanya kepada Republika.co.id di Kantor Kementerian Luar Negeri, Kamis (7/1).

Sebagai teman baik Saudi dan Iran, Indonesia menawarkan apabila ada hal yang dapat dilakukan Indonesia untuk menjadikan suasana lebih baik. "Kita meminta kedua negara untuk menahan diri sehingga situasi tidak lebih memburuk," katanya. Sebab, Retno menilai, perdamaian di Timur Tengah akan sangat dipengaruhi oleh hubungan Arab Saudi dan Iran.

Indonesia juga berusaha mencari bentuk pertemuan diskusi yang dapat memberikan kontribusi penyelesaian secara damai. Sejauh ini, kondisi antar keduanya belum kondusif karena situasinya belum stabil. "Namun yang terpenting adalah komunikasi dengan negara-negara yang saya sebutkan," katanya.

Sementara terus melakukan komunikasi dengan negara-negara lain, Indonesia juga menjaga komunikasi dengan para ulama dan pemimpin agama lainnya. Berdasarkan sebuah artikel baru-baru ini, jumlah warga Indonesia yang bergabung dengan militan dibandingkan jumlah masyarakat Indonesia sangatlah kecil. (Indonesia Harusnya Netral dalam Konflik Saudi-Iran).

Alasannya, Indonesia adalah negara demokrasi. "Kita menghormati minoritas dan pendekatan yang dilakukan sangat komprehensif dengan melibatkan stakeholder, ulama, organisasi islam, dan masyarakat," katanya.

Hubungan Arab Saudi dan Iran menegang setelah Arab Saudi melakukan eksekusi mati akhir pekan lalu. Satu dari 47 mereka yang dieksekusi adalah ulama Syiah Nimr al-Nimr. Warga Iran yang marah melakukan unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Saudi untuk Iran di Teheran. Sementara Arab Saudi menghentikan kerja sama diplomat dengan Iran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement