Rabu 30 Dec 2015 13:31 WIB

Program Kemendikbud Dinilai Masih Kurang Greget

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Winda Destiana Putri
Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan memberikan keterangannya kepada wartawan terkait penghentian pelaksanaan kurikulum 2013 di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Jumat (5/12).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan memberikan keterangannya kepada wartawan terkait penghentian pelaksanaan kurikulum 2013 di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Jumat (5/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) masih dinilai kurang. Inovasi-inovasi yang dihasilkan pun dianggap masih belum tepat sasaran.

"Sifat programnya masih ala birokrasi dan kurang ada greget program inovasi yang sungguh tepat sasaran dan khas, selain melanjutkan program-program rutin yang sudah ada," terang Pendiri Pendidikan Karakter Education Consulting, Doni Koesoema kepada Republika, Selasa (29/12).

Doni mengaku, Kemendikbud telah meluncurkan berbagai macam program gerakannya. Namun program-program ini masih bersifat ritual dan tidak membangun sustainabilitas secara sistem. Misal, dia melanjutkan, program Guru Garis Depan (GGD), Belajar Bersama Maestro (BSM), Kawah Kepemimpinan Pelajar (KKP) dan sebagainya.

Anggota Dewan Pertimbangan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) ini menilai semua program ini nampak seperti program pelatihan terputus. Program-program ini masih belum ada kelanjutan dan dukungan dalam sistem.

Di samping itu, Doni mengatakan, desain pengembangan guru juga belum terlalu jelas. Sistemnya masih pendekatan linear dan belum relevan dengan yang dibutuhkan dalam pengembangan guru.

Sementara itu, Direktur Perguruan Global Islamic School (GIS), Itja Chodidjah menilai secara keseluruhan program dan inovasi Kemendikbud sudah relatif bagus.

"Setidaknya memiliki harapan untuk diperbaiki ke depannya," jelas dosen pascasarjana pendidikan bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka.

Meski menganggap sudah bagus, Itje berpendapat, Kemendikbud juga perlu memprioritaskan program yang akan diperbaiki terlebih dahulu. Menurut dia, kualitas guru merupakan hambatan terbesar pendidikan Indonesia. Hal inilah yang seharusnya lebih diprioritaskan pemerintah ke depannya.

Itje menegaskan, peningkatan kualitas guru sangat penting untuk dilakukan. Pasalnya, lanjut dia, guru memiliki peranan krusial dalam mencetak generasi di masa mendatang.

Sebelumnya, Kemendikbud mengaku, programnya akan lebih memfokuskan diri pada kualitas guru. "Tujuan kita adalah meningkatkan mutu pendidikan dan dalam hal itu peningkatan mutu guru jadi sangat penting," terang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan.

Salah satu caranya dengan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang dijadikan rujukan dalam meningkatkan kualitas guru ke depannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement