Senin 07 Dec 2015 06:00 WIB

Kesalahan Diagnosis yang Melahirkan ISIS

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto: Republika/Daan
Ikhwanul Kiram Mashuri

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ikhwanul Kiram Mashuri

Empat tahun lalu boleh jadi kita berpikir kelompok-kelompok teroris sudah habis riwayatnya. Pada waktu itu, tepatnya pada 2 Mei 2011, ribuan atau bahkan mungkin jutaan orang menyaksikan detik-detik berakhirnya sebuah organisasi teroris Alqaida. Atau tepatnya akhir dari petualangan pimpinan Alqaida, Usamah bin Ladin. Ia tewas dalam sebuah operasi oleh 24 anggota pasukan elite Angkatan Laut Amerika di Kota Abbottabad, Pakistan.

Jenazah Usamah kemudian dibungkus kain kafan dan diikat dengan pemberat di bawahnya, lalu dilempar ke tengah laut dan ditenggelamkan pelan-pelan. Dengan demikian tidak seorang pun tahu di mana tepatnya kuburan Usamah. Boleh jadi pula jenazah pendiri dan pemimpin organisasi teroris yang ditakuti masyarakat internasional itu kemudian dimakan habis para ikan paus dan ikan buas lainnya.

Dengan kematian Usamah bin Ladin banyak orang beranggapan, termasuk Presiden Barack Obama, bahwa Alqaida telah habis. Alqaida telah mati bersama pelemparan jenazah Usamah bin Ladin ke tengah laut. Apalagi hampir semua tokoh penting dalam orgaganisasi teroris itu kemudian ikut dibasmi. Mereka dibunuh atau ditangkap.

Sebut misalnya, Anwar al Awlaqi, perancang operasi Alqaida. Teroris berkewargaan negara AS berdarah Yaman ini ditembak mati ketika bersembunyi di Yaman pada 30 September 2011. Juga Abu Musab al Zarkawi, komandan lapangan Alqaida, yang dibunuh di Irak pada 2006. Kemudian perancang operasi militer Abu Laith al Liby, ahli senjata kimia Abu Khabab, penanggung jawab keuangan Alqaida Saed al Masry. Termasuk dalam daftar ini adalah sopir pribadi, ajudan, dan anak Usamah. Mereka ini dibunuh atau ditangkap dan kemudian dijebloskan ke dalam penjara Guantanamo.

Namun, apakah dengan penangkapan dan pembunuhan para tokoh Alqaida itu dengan sendirinya terorisme telah benar-benar habis? Ternyata tidak ngaruh sama sekali. Sama tidak pengaruhnya ketika pasukan Amerika Serikat (AS)  telah ditarik dari Irak, yang menjadi alasan munculnya terorisme di negara yang dulu terkenal sebagai Negeri Seribu Satu Malam ini.

Berbagai analisa pun dikemukakan sejumlah pengamat di Timur Tengah. Menurut mereka, ada kesalahan dalam mendiagnosa masalah terorisme selama ini, sehingga muncul kelompok yang menamakan diri sebagai Islamic State of Iraq and Syria alias ISIS. Kelompok teroris yang juga sering disebut sebagai Daisy (ad Daulah al Islamiyah fi al Iraq wa as Syams) ini bahkan lebih kuat dan lebih berbahaya daripada Alqaida.

Menurut pengamat Timur Tengah, Abdul Rahman al Rasyid, terorisme tidak ditentukan atau tidak terkait dengan seorang tokoh atau pemimpin. Juga tidak berhubungan dengan motivasi atau alasan yang selama ini dikemukakan  sebagai dasar tindak terorisme.

Terorisme adalah sebuah ideologi. Penganut ideologi terorisme bisa macam-macam dan dari berbagai kalangan. Bisa dari kalangan pimpinan agama, dai, pengusaha, media, pengajar/pendidik, pemuda, mahasiswa, dan seterusnya. Orang-orang yang percaya dan kemudian terlibat dalam ideologi radikalime/terorisme ini lebih penting dari sekadar Usamah bin Ladin, Abu Musab al Zarkawi, Aiman al Zawahiri, dan sebagainya.

Mereka ini bisa menciptakan pemimpin-pemimpin baru dan organisasi-organisasi pengganti dengan nama yang berbeda-beda. Termasuk wilayah operasi mereka. Lihatlah, mereka telah menciptakan Abu Bakar al Baghdadi sebagai pengganti dari Usamah bin Ladin. Mereka juga telah membentuk ISIS atau Boko Haram sebagai pengganti Alqaida.

Mereka pun memindahkan daerah operasi ke Irak dan Suriah sebagai ganti Afghanisatan atau Pakistan. Mereka juga sudah memanfaatkan media sosial seperti Twiter, Facebook, dan WhatsApp daripada sekadar kaset video era Usamah bin Ladin.

Hasilnya, ISIS benar-benar lebih berbahaya daripada Alqaida dan Usamah bin Ladin sendiri. Saksikanlah, mereka telah berhasil menjatuhkan pesawat penumpang Rusia hanya dengan menanam sekilogram bom. Mereka berhasil melancarkan sejumlah serangan dalam waktu yang hampir bersamaan di Paris. Mereka telah menyerang rombongan Pasukan Keamanan Presiden di Tunisia. Mereka telah berhasil melakukan bom bunuh diri di Mesir, Arab Saudi, dan Turki. Semua itu mereka lakukan hanya dalam jangka hitungan hari. Kini, mereka bahkan telah mengeluarkan ancaman akan melancarkan tindakan serupa terhadap Inggris, AS, Thailand, dan lainnya.

Selama ini kita memang salah memahami  tentang keberadaan atau eksistensi kelompok-kelompok terorisme. Pertama, kita menganggap kelompok teroris akan habis dengan sendirinya dengan kematian para pemimpinnya. Kedua, kita sering terjebak pada alasan-alasan yang dikemukakan oleh kelompok-kelompok radikal. Misalnya, munculnya aksi-aksi teroris sebagai akibat dari ketidakadilan dunia/PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) terhadap konflik Palestina-Israel. Dalam hal ini, Barat – terutama AS -- selalu memihak pada kepentingan Israel daripada Palestina.

Alasan ini barangkali benar. Namun, yang jadi pertanyaan apa yang sudah diperbuat oleh kelompok-kelompok teroris itu untuk membebaskan bangsa Palestina dari cengkeraman penjajah Zionis Israel? Jawabannya nol besar. Tidak Alqaida dan apalagi ISIS yang pernah menyerang kepentingan Zionis Israel dan membantu perjuangan rakyat Palestina.

Ketiga, adanya pembiaran terhadap wilayah-wilayah konflik. Alqaida tumbuh subur di Afghanistan yang selama bertahun-tahun menjadi ajang perebutan kekuasaan antar-kelompok. ISIS bisa eksis dan bahkan mendirikan sebuah negara di dua wilayah yang juga sedang dilanda konflik, Irak dan Suriah.

Keempat, pembiaran terhadap berkembangnya ideologi radikal. Yaitu ideologi  yang menghalalkan segala cara untuk sebuah tujuan, termasuk cara-cara kekerasan: menculik, menyandra, membakar, membunuh, menyiksa, dan seterusnya.

Setelah Adolf Hitler bunuh diri dan jenazahnya dibakar, pihak Sekutu sebagai pemenang perang tidak cukup hanya dengan mengibarkan bendera di Berlin, tapi mereka juga melarang idelogi Nazi. Ibarat bangkai, ideologi Nazi yang fasis harus dijauhi dan dikubur dalam-dalam. Setiap orang atau siapa saja yang mempunyai kaitan dengan Nazi dikucilkan dan dilarang untuk mengikuti kegiatan di masyarakat.

Ideologi teroris yang kisa saksikan sekarang ini sama persis dengan Nazi. Yaitu sebuah keyakinan yang didasarkan pada keunggulan ras dan menafikan ras lain. Ideologi radikal atau teroris juga didasarkan pada ketaatan mutlak serta kebencian dan permusuhan kepada orang atau kelompok lain, baik itu dari kalangan Islam atau lainnya.

Karena itu, kalau kita ingin menghabisi Alqaida, ISIS atau Daisy, Boko Haram, dan kelompok-kelompok radikal lainnya, maka matikan pula ideologi mereka. Tanpa itu, maka dunia akan terus dihantui oleh aksi-aksi brutal nan biadab para teroris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement