Senin 07 Sep 2015 08:37 WIB
Polemik DPR Temui Trump

Seharusnya Ini yang Dilakukan Setnov ketika Bertemu Donald Trump

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Ilham
Setya Novanto
Setya Novanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Hubungan Internasional (HI) UGM, Dafri Agus Salim mengatakan, Ketua maupun anggota DPR tak seharusnya menghadiri kampanye calon presiden negara manapun.

"Secara diplomasi, tidak etis menghadiri kampanye calon presiden negara lain. Apalagi saat itu presiden yang lama masih mempimpin," katanya, Senin, (7/9).

 

Sebelum menghadiri kampanya calon presiden negara lain, harus dipikirkan dampaknya. Sebab, DPR itu mewakili rakyat saat pergi ke negara lain, harus dilihat antar bangsa, bukan secara individual.

Seperti diketahui, pertemuan rombongan DPR di bawah koordinasi Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon dengan pebisnis AS Donald Trump, di Amerika Serikat ramai dibicarakan di media sosial. Delegasi DPR di sela-sela kunjungan resminya, kedapatan hadir dalam acara konferensi pers Donald Trump terkait dukungan politiknya di AS.

Dalam tayangan video kampanye tersebut, Donald Trump yang baru selesai berbicara kembali ke panggung dan memperkenalkan Setya Novanto kepada para pendukungnya. Dalam kesempatan itu, ada pertanyaan Trump kepada Setya Novanto 'apakah rakyat Indonesia menyukai saya?' Setya Novanto menjawab ya.

Dafri melanjutkan, para anggota Komisi I DPR RI harus memahami tata krama diplomasi. Kalau anggota DPR mendukung Donald Trump agar mau berinvestasi di Indonesia, mereka tak perlu menghadiri kampanye Trump. "Cukup datang saja ke kantor pribadinya untuk berbincang-bincang. Bukan menghadiri kampanyenya dan dilihat publik."

Kalau mendatangi kampanye Trump, terang Dafri, ini jadi terlihat seolah parlemen Indonesia mendukung Donald Trump. Padahal, saat ini Presiden Barack Obama masih memerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement