Rabu 18 Mar 2015 15:20 WIB

Memalukan, Mahasiswa Bentrok dengan Keamanan Kampus Gara-gara Pemira

Rep: c74/ Red: M Akbar
Kampus UIN Maliki Malang (ilustrasi).
Foto: infopub.uin-malang.ac.id
Kampus UIN Maliki Malang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Puluhan mahasiswa yang menamakan diri Persatuan Mahasiswa Peduli Demokrasi (PMPD) Rabu (18/3) melakukan aksi demonstrasi di kampus UIN Maliki Malang. Puluhan mahasiswa langsung merangsek masuk ke area kantor rektorat.

Mahasiswa sempat terlibat aksi saling dorong dengan petugas keamanan dan hampir terlibat bentrok dengan salah satu pegawai di kantor rektorat.

Dalam orasinya, salah seorang orator mengatakan, terpaksa melakukan aksi ini karena ada tindakan kekerasan pada saat pemilihan umum di kampus. "Dua orang kritis akibat pemukulan itu karenanya kami menuntut agar kampus tegas," teriak orator.

Sementara puluhan mahasiswa sedang melakukan orasi di dalam kantor rektorat UIN Maliki Malang. Beberapa mahasiswa pendukung Persatuan Mahasiswa Pendukung Demokrasi (PMPD) mencoba diusir keluar kampus oleh petugas keamanan.

Karena petugas menilai puluhan mahasiswa tersebut bukan Mahasiswa UIN Maliki, petugas pun mencoba meminta kartu tanda mahasiswa (KTM) terhadap puluhan mahasiswa yang sedari tadi menjadi pendukung rekan-rekannya. Sempat terjadi adu mulut antara mahasiswa dari berbagai kampus ini dengan pihak petugas keamanan UIN Maliki.

"Aturan Pemilu raya ini tidak jelas, jadi kami meminta ini ditangguhkan," kata Darmawan Puteratama kordinator aksi.

Ia menjabarkan, kemarin sore, sebanyak 15 mahasiswa mengadakan audiensi dengan pihak KPU dan Panwaslu kampus di gedung SC. Audiensi itu untuk mempertanyakan calon yang diusung oleh HMI tidak masuk dalam bursa Pemira. Pertemuan yang baru berlangsung 5 menit tersebut, kata dia, sudah memanas, dimana pihak KPU langsung melemparkan kursi dan mematikan lampu ruangan.

Saat 15 mahasiswa itu keluar ruangan, mereka sudah dihadang oleh ratusan mahasiswa lainnya. "Dugaan kami yang melakukan itu dari PMII," tegasnya.

Aksi bentrok ini berbuntut panjang, dimana sebanyak dua mahasiswa mengalami luka kritis akibat aksi itu. "Kami minta Rektorat agar junjung asas demokrasi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement