Ahad 30 Nov 2014 06:30 WIB

Ira Koesno: Media Sosial Bukan Jurnalisme

Ira Koesno
Foto: fb
Ira Koesno

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Konsultan media dan kehumasan Ira Koesno menegaskan, media sosial seperti facebook, twitter, juga blackberry messenger bukanlah praktik jurnalisme.

"Bukan jurnalisme, karena jurnalisme terikat disiplin dan kode etik sementara media sosial tidak," kata Ira dalam acara bincang-bincang mengenai jurnalisme yang digagas Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Balikpapan, Sabtu (29/11).

Meski demikian, menurut pembawa acara berita Liputan 6 SCTV pada menjelang masa reformasi itu, media sosial 'baik-baik saja' selama topik-topik yang ada muncul bukan karena rekayasa atau 'by design'. "Selama belum menjadi trending topic, dan kemudian selama belum dikutip oleh media-media mainstream," jelas Ira.

Selama situasinya masih seperti itu, maka bisa dianggap belum ada konfirmasi dari apa pun yang dipersoalkan. Sebaliknya, kata direktur irakoesnocommunications itu, bila sudah 'by design' atau direncanakan, hal itu bisa mengerikan dampaknya.

Seseorang yang belum tentu bersalah, misalnya, tapi karena 'serangan' dari satu status facebook atau tweet dari seseorang yang kemudian di-tweet lagi oleh pengikut (follower) yang bersangkutan. Maka korban dan akibat dari serangan ini bisa tak terbayangkan.

Kondisi saat pemilu presiden lalu menjadi contoh yang disampaikan Kristanto Hartadi, pemimpin redaksi Sinar Harapan yang kini menjadi Kepala Departemen Hubungan Media Total E&P Indonesie, perusahaan minyak dan gas yang antara lain mengelola Blok Mahakam di Kalimantan Timur.

"Saat itu rakyat Indonesia benar-benar terbelah," sebut Kristanto. Indikatornya antara lain antara kedua kubu terjadi perdebatan hingga saling hujat di media sosial.

Media sosial juga digunakan sebagai ajang kampanye bagi kedua kubu sehingga diperlukan tim khusus untuk menanganinya. Sebab itulah kemudian jurnalis menjadi profesi, yaitu pekerjaan dengan kode etik, dan jurnalisme menjadi isme, sebuah faham, yaitu ide-ide untuk membantu mencapai kehidupan yang lebih baik. 

Kode etik jurnalistik yang utama adalah berita harus berdasarkan fakta, cover both sides atau meliput semua pihak yang terlibat, dan disiplin verifikasi. Berdasarkan pedoman-pedoman itulah setiap hari jurnalis mencari, merekam, dan membuat berita untuk kepentingan orang banyak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement