Sabtu 11 Oct 2014 19:59 WIB

Masih ada Kekerasan, Pemerintah Perlu Perspektif Multikultural

Rep: c67/ Red: Ratna Puspita
Filsafat Islam (ilustrasi).
Foto: students.ou.edu
Filsafat Islam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN — Masih adanya aksi kekerasan yang dilakukan oleh beberapa kelompok menunjukkan Indonesia masih jauh dari multikultural. Mantan Rektor Univiersitas Islam Negeri Sunan  Kalijaga (UIN SUKA) Yogyakarta Amin Abdullah berpendapat hal itu disebabkan cara pandang sebagian orang yang tersegmentasi. 

Amin pun menyarankan pemerintah agar berpikir dengan perspektif multikultural terhadap persoalan kebangsaan. Sebab, dia menyatakan, pemerintah merupakan 'bapak' bagi semua orang. Jika pemerintah berpikir tersegmentasi maka tidak akan terjadi harmonisasi.

Ini juga menjadi pekerjaan rumah akademisi dan tokoh agama. Amin menilai saat ini para ilmuan dan tokoh agama masih belum memiliki cara berpikir multiperspektif. 

Padahal, persoalan besar yang dihadapi Indonesia harus dilihat secara menyeluruh dan tidak terpisah-pisah. Amin menjelaskan, Indonesia merupakan negara yang unik. 

Ia juga mengatakan, Indonesia merupakan laboratorium terbesar karena memiliki berbagai suku, agama, dan level pendidikan. Sebagai laboratorium terbesar, kata Amin, setiap disiplin keilmuan sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah kebangsaan. 

Amin melanjutkan, jika para ilmuwan hanya melihat Indonesia dalam satu perspektif maka berarti kegagalan. Para akademisi dapat menggunakan filsafat untuk memiliki pemikiran yang multiperspektif.

"Mengantarkan kepada multiperspektif adalah tugas filsafat itu,” ujar Amin kepada Republika, seusai mengisi acara simposium Filsafat Nasional di Hotel Wisma Aji, Depok, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (11/10).

Amin menambahkan, filsafat Islam juga harus menerapkan multidisiplin. Sebab, di dalam filsafat Islam, kata Amin terdapat beberapa disiplin ilmu seperti Ushul Fiqh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement