Kamis 09 Oct 2014 17:18 WIB

Kalah Terus, Pengamat: Strategi KIH Lemah

Rep: C87/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Jokowi dan Jusuf Kalla di Rumah Transisi, Jakarta Pusat, Ahad (28/9) malam WIB.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Jokowi dan Jusuf Kalla di Rumah Transisi, Jakarta Pusat, Ahad (28/9) malam WIB.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Arie Sujito, mengatakan lima kali kekalahan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dengan Koalisi Merah Putih (KMP) bukan disebabkan hebatnya KMP. Melainkan disebabkan lemahnya strategi KIH.

Menurut Arie, dalam pengertian tertentu sebenarnya KIH bisa memanfaatkan isu ketidaksolidan KMP. Dia mencontohkan PKS dan PAN yang tidak pernah akur dalam pemilu. Menurutnya, hal itu yang paling gampang dan kelihatan.

"Gara-gara kurang canggih. Coba dikalkulasi dengan baik, dia bisa menang di MPR itu. Dia lupa DPD itu sebagian besar agennya partai. Ya harus dikalkulasi dong," kata Arie dalam diskusi bertema kabinet Harapan Rakyat, di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (9/10).

Oleh sebab itu, menurutnya ke depan harus ada gerilya personal dan gerilya rakyat yang dilakukan KIH. Sebab, dengan cara itu, sejarah oligarki dapat dipecahkan.

Menurutnya, sesungguhnya KMP tidak punya chemistry yang cukup kuat. Hanya sejarah pilpres yang dinilai menyatukan KMP. "Tapi nanti kalau ada kue yang baru, pasti itu pecah," ujarnya.

Arie mengatakan PDI Perjuangan sebagai partai pemenang harus merubah mentalnya. PDIP tidak boleh punya mental oposisi. Melainkan mental pemenang karena PDIP mampu membuat agenda setting.

Namun, dalam episode terakhir satu bulan ini, lanjutnya, seluruh praktek dan sikap politik KIH bereaksi atas permainan yang dibuat oleh KMP. "Akibatnya berapa kali salah langkah," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement