Senin 29 Sep 2014 20:53 WIB

Jangan Samakan Bendera dengan Berhala

Rep: dyah ratna meta novia/ Red: Erdy Nasrul
Bendera Selandia Baru
Foto: Annhira.com
Bendera Selandia Baru

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pendidikan Khusus Layanan Khusus  Dikdas Mudjito mengatakan, agar anak-anak tidak terpengaruh ajaran radikal, mereka harus dibentengi sejak dini.

Anak-anak, kata Mudjito, sejak kecil harus diajarkan agama apapun tidak pernah mengajarkan warga negara untuk memusuhi negara. "Dalam Islam  mengajarkan cinta bangsa dan  cinta negara merupakan bagian dari iman,"katanya, Senin, (29/9).

Kalau ada upacara dan melakukan perghormatan kepada bendera, terang Mudjito, jangan  ditarik ke paham ekstrim atau radikal apalagi  bendera disamakan dengan berhala. Bendera itu bukan berhala, tapi hanya simbol negara saja.

"Saya kira semua agama mengajarkan cinta bangsa dan tanah air.  Jadi kalau ada orang yang mengajarkan benci pada negara itu salah,"kata Mudjito.

Ke depan, ujar Mudjito, harus ditanamkan pendidikan karakter kepada anak-anak agar lebih cinta dan bangsa. Mengajarkan  cinta bangsa dan tanah air bukan hanya tanggung jawab Kemendikbud namun juga seluruh institusi agama seperti masjid, gereja, pura, juga masyarakat.

Cinta tanah air, terang Mudjito, ditanamkan dengan belajar menghargai  ragam, budaya, etnis yang ada di Indonesia. Ini bisa dilakukan dengan kegiatan pramuka.

Dalam pramuka, kata Mudjito,  anak-anak diajarkan keindonesiaan dan kebangsaan seperti kegiatan kibar bendera. Games yang meningkatkan cinta tanah air.

"Kegiatan  ini bagian dari  aspek internalisasi nilai cinta tanah air. Pramuka sendiri sudah wajib dari SD sampai SMA,"ujar Mudjito.

Pendidikan anti radikalisme, kata Mudjito, harus mulai dilakukan sejak dini. Fondasi cinta tanah air harus  diperkuat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement