Ahad 24 Aug 2014 20:08 WIB

Kemanusiaan Telah Diculik!

Asma Nadia
Foto: Republika/Daan
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asma Nadia

“Kemanusiaan telah diculik!” 

Suara bernada panik seorang bapak tua sambil menatap saya dengan

pandangan kosong.Wajahnya tampak lelah seolah telah berjalan berkilo-kilo meter. Dan meski beliau memandang lurus ke arah saya, entah mengapa, saya tak menemukan refleksi saya di bulatan hitam matanya.

 

“Kemanusiaan telah diculik! Pasti. Saya telah mencari ke seluruh tempat, tapi tak bisa menemukan.” Ceracaunya lagi, linglung. Tangannya yang memegang sebuah map berwarna kuning tampak gemetar.

 

Saya mengamati bapak tua dengan lebih teliti. Penampilannya yang sederhana memang lusuh, namun saya tak melihat tanda-tanda di luar kewajaran yang mengindikasikan sesuatu. Tetapi kenapa dia terus mengulang kalimat yang membuat saya serta orang-orang di sekitar yang

mendengarnya, bertanya-tanya?

 

Saya tak mengerti.

“Siapa yang menculiknya, Pak?”

Ah, pastilah sekarang saya yang terdengar gila.

Satu dua orang menoleh, tak lagi memandang lekat si bapak tua,melainkan ke arah saya.

 

Pertanyaan itu berhasil membuat sepasang mata yang kosong kini beriak. “Saya tak tahu,” jawab lelaki itu resah. Pandangannya terpaku pada dua kaki dengan alas ala kadarnya yang tampak kotor oleh bercak tanah kecokelatan.

 

Lalu seperti disusupi kekuatan tiba-tiba, bapak tua dengan kopiah hitam usang di kepalanya berdiri, mondar-mandir di hadapan saya, sebelum berhenti dan memandang saya lekat.

 

“Kita harus mencarinya.”

Kalimatnya benar-benar bernada putus asa. Jujur saya tak tahu harus menjawab bagaimana.

“Tolong, Nak. Bantu saya mencarinya.”

Kemana kemanusiaan harus dicari? Tidakkah dia bersemayam di hati setiap orang?

“Kemanusiaan diculik. Diculik! Kita harus menemukannya sebelum…”

Kata-kata lelaki tua itu terhenti. Satu dua orang yang awalnya

mengerubungi kami sudah tak tampak lagi. Pergi, mungkin lelah dan

kehilangan minat mendengar ocehan tak jelas si bapak tua.

“Maksud Bapak…?”

“Kita harus menemukannya sebelum mereka membunuhnya, dan manusia tak

lagi punya harapan!”

Ingin saya meyakinkan, bahwa kemanusiaan dan manusia tak bisa dipisahkan. Bahwa dia tak perlu khawatir. Selama milyaran manusia di dunia ini ada, maka selama itu pula kemanusiaan akan terus ditemukan. Seperti memahami pikiran saya, si bapak tua menggeleng.

“Kamu tidak mengerti.”

Kalimat terakhir diucapnya dengan nada putus asa, seperti bicara pada diri sendiri, sebelum dengan tangan masih gemetar menyodorkan map kuning lusuh yang sedari tadi dipegangnya erat. Saya menerima map yang disodorkan lelaki itu, tanpa bicara. Membukanya perlahan dan menemukan lembaran-lembaran kliping Koran. Berita juga foto-foto. Mencermatinya satu persatu. Mendadak satu perasaan menerjang, membuat tubuh saya menggigil.

Korban bocah yang dimutilasi di Siak, Riau bertambah menjadi tujuh orang.“Dia menyodomi, memutilasi, menyincang tubuh korbannya dan semua dia ceritakan tanpa beban dan seperti rasa tidak bersalah,"

"Usai membunuh dan memutilasi korban-korbannya, MD mengaku happy saja.

Dia merasa tidak menyesal sama sekali,"

Mayat seorang turis wanita asal Amerika ditemukan dalam keadaan terpotong-potong di dalam koper pada sebuah bagasi taksi di Denpasar  Bali. Pembunuhnya adalah anak perempuan sendiri dan kekasihnya. Di duga sang ibu dibunuh akibat tidak merestui hubungan cinta anak

perempuannya.

Gaza, jet tempur Israel melancarkan 80 kali serangan bom. Akibat serangan terhadap sedikitnya 10 lokasi, 19 warga Gaza, di antaranya enam anak-anak tewas. Sekitar 10.224 lainnya mengalami luka-luka dan mayoritas merupakan warga sipil, termasuk ribuan anak-anak, ratusan wanita dan kaum manula. Sejak gempuran Israel dimulai pada 8 Juli lalu, kini jumlah korban yang meninggal dunia mencapai 2.049 warga Palestina.

Video pemenggalan kepala James Foley wartawan lepas yang aktif mengirimkan laporan tentang Timur Tengah dan mendedikasikan hidupnya untuk memberitahukan kepada dunia penderitaan rakyat Suriah, beredar. Sejumlah militan menyatakan kegembiraan dengan pemasang foto pemenggalan kepala di akun twitter.

Allah.

 

Wajah saya pias. Baris demi baris guntingan kliping yang diserahkan dalam map milik si bapak tua yang tidak terlihat lagi sosoknya, mengalirkan embun di mata saya, yang dengan cepat menjelma isak keras hingga tubuh berguncang.

 

Tidak. Saya harus berhenti menangis! Entah mendapat kekuatan dari mana tahu-tahu saya sudah berdiri tegak, dengan mata liar ke sekeliling.Seluruh dunia harus tahu. Saya harus mengabarkan ini. Kemanusiaan telah diculik!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement