Senin 18 Aug 2014 00:16 WIB

Timnas U-19 Hancur-Lebur di Brunei, Blunder PSSI?

Pemain timnas Indonesia U19 dalam laga ujicoba melawan timnas U19 Myanmar di Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Senin (5/5).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pemain timnas Indonesia U19 dalam laga ujicoba melawan timnas U19 Myanmar di Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Senin (5/5).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi/Wartawan Republika

Twitter: @fernanrahadi

Maksud hati ingin menjadikan Timnas U-19 juara, atau setidaknya mengulang pencapaian senior mereka menjadi finalis ajang Hassanal Bolkiah Trophy (HBT) dua tahun lalu, Evan Dimas Cs malah harus pulang sebagai pecundang setelah menorehkan tiga kekalahan dan sekali imbang dalam empat laga.

Padahal, langkah yang diambil PSSI cukup kontroversial, yakni membatalkan keikutsertaan skuat Indra Sjafri ke Turnamen COTIF di Spanyol, turnamen yang sebenarnya merupakan rancangan program jangka panjang Indra Sjafri bersama tim pelatih Timnas U-19.

Kini, rasa bersalah dipastikan menyelimuti tubuh Badan Tim Nasional (BTN) PSSI yang justru mengirimkan Timnas U-21 ke Spanyol sebagai pengganti Timnas U-19. Seandainya, Timnas U-19 sesuai rencana semula tetap dikirimkan ke Valencia barangkali badan tertinggi sepak bola nasional itu tidak akan 'gondok' seperti sekarang.

Seperti bisa disaksikan, performa Timnas U-19 yang gagah perkasa menjuarai Piala AFF tahun lalu seperti tak terlihat dari empat laga penyisihan grup B di Brunei. Mereka tak berdaya melawan tuan rumah Brunei, Vietnam, dan Kamboja, serta hanya bermain tanpa gol melawan Malaysia.

Apa yang membuat skuat Indra Sjafri memperoleh hasil-hasil buruk? Apa benar jika Hansamu Yama Cs kecewa karena batal dikirimkan ke Spanyol sehingga hal itu mempengaruhi permainan mereka di atas lapangan?

Pelatih Kamboja, Lee Tae-hoon, seperti memahami mengapa Evan Dimas dan kawan-kawan bermain di bawah standar mereka yang mereka tunjukkan pada tur-tur sebelumnya. “Indonesia tim kuat. Saya kira mereka membidik Piala Asia U-19 sehingga mereka tidak tampil 100 persen," ujar Lee Tae-hoon.

Ucapan Lee Tae-hoon banyak benarnya. Tim kuat tidak selamanya selalu keluar sebagai pemenang. Apalagi melihat padatnya jadwal pertandingan mereka dua bulan terakhir, sudah sewajarnya anak-anak muda macam Evan Dimas sampai kiper Ravi Murdianto, yang banyak dikritik karena performa buruknya melawan tim tuan rumah Brunei, mengalami kejenuhan.

Seandainya sejak awal niatnya adalah memberikan pertandingan-pertandingan pemanasan untuk Timnas U-19 supaya mereka siap pada Piala Asia dua bulan lagi, maka seharusnya PSSI tak perlu panik melihat kekalahan-kekalahan tersebut. Namun, tanggapan BTN yang reaktif justru membuat orang curiga ada udang di balik batu.

"Saya minta HPU (High Performance Unit) untuk segera menyiapkan forum untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap skuat Garuda Jaya dengan memanggil tim pelatih...Ini penting mumpung kita masih ada waktu menuju Oktober nanti di U-19 AFC. Harus dilakukan langkah-langkah yang perlu," kata Ketua BTN, La Nyalla Mattalitti.

Pernyataan tersebut tentu saja membuat kita bertanya-tanya. Bagaimana mungkin kegagalan Timnas U-19 di Brunei hanya ditimpakan kepada tim pelatih? Bukannya PSSI lewat BTN-lah yang mengirimkan tim itu ke turnamen HBT? Bukankah PSSI yang membatalkan secara sepihak rencana skuat Garuda Jaya beruji coba ke Eropa? Seharusnya BTN terlebih dahulu mengevaluasi dirinya sendiri.

Seperti laga-laga sebelumnya di Tur Nusantara baik Jilid I dan Jilid II, kemudian tur ke Timur Tengah, seharusnya yang dipikirkan bukan caranya supaya Timnas U-19 tak terkalahkan dan terus meraih kemenangan, melainkan bagaimana terdapat kemajuan dalam performa para pemain melawan tim-tim mulai dari yang lemah sampai tim-tim yang kuat. Maka dari itulah rancangan awalnya adalah tur diawali dari nusantara dan diakhiri di Eropa, yakni di Turnamen COTIF yang dibatalkan PSSI tersebut.

Persoalan nantinya Evan Dimas Cs juga dihancur-leburkan tim-tim seperti Argentina junior dan Barcelona junior, maka itu seharusnya tidak menjadi masalah, mengingat kualitas tim-tim itu memang berada di atas Timnas U-19. Namun kini, yang terjadi mereka justru dihancurkan tim-tim yang jadi representasi lawan-lawan yang akan mereka hadapi di Myanmar Oktober nanti.

Kini, nasi sudah menjadi bubur. Semoga saja kekalahan demi kekalahan di Brunei tidak menjadikan mental  para pemain Timnas U-19 runtuh. Karena jika itu yang terjadi, maka keikutsertaan Timnas U-19 di ajang HBT akan dicap sebagai blunder PSSI saat persiapan sebenarnya telah memasuki fase akhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement