Selasa 15 Jul 2014 19:01 WIB

Geliat Usaha Mandiri Warga Terdampak Penutupan Dolly

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Asep K Nur Zaman
Penyerahan dana kompensasi penutupan lokalisasi Dolly, Surabaya, Jawa Timur.
Foto: Antara
Penyerahan dana kompensasi penutupan lokalisasi Dolly, Surabaya, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Beragam pelatihan usaha yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Jawa Timur (Jatim), terhadap warga terdampak penutupan lokalisasi prostitusi di Gang Dolly-Jarak, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, kini mulai terlihat hasilnya. Beberapa warga terdampak yang sebelumnya bekerja mengikuti geliat bisnis maksiat itu kini mulai beranjak mandiri dengan menyemai mata pencaharian baru. 

Beberapa warga yang telah selesai mengikuti pelatihan, memamerkan hasil produk buatan mereka di kantor Bagian Humas Pemkot Surabaya. Di antaranya telur asin, kue kering, deterjen, dan sabun cair serba guna.

Mereka juga bercerita perihal upaya beralih profesi. Salah satunya warga Putat Jaya II A Surabaya, Sutik, yang dulunya menggantungkan penghasilan dari berjualan kopi di warung miliknya, kini menjadi pembuat telur asin.

Hasilnya lumayan. Dalam waktu tidak terlalu lama, Sutik mengaku bisnis telur asinnya telah berkembang. Ia memasarkannya ke sekitar 30 warung di dekat rumahnya. Kalau membuat 1.000 telur, bisa meraup untung Rp 700 ribu.  

“Kalau dulu hasil berjualan kopi tidak tentu. Meski buka hampir 24 jam, kadang hasilnya lumayan kadang kecil. Lagipula kalau jualan telur asin ada waktu istirahatnya dan bisa menerima pesanan di rumah,” ujarnya, di Surabaya, Selasa (15/7).

Sementara Tutik yang dulunya penjual gorengan dan operator kafe di kawasan lokalisasi Jarak, kini mulai mantap menjadi pembuat kue kering. Setelah mengikuti pelatihan yang digelar Taman Bacaan Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya, kini bisa membuat beberapa kue seperti putri salju, nastar, dan kastengel.

Tutik mengaku sudah berhasil menjajakan 50 toples kue buatannya. Dulu, sewaktu menjadi operator kafe, dia harus bekerja dari mulai pukul 22.00 hingga pukul 01.00 WIB, tetapi hasilnya tidak menentu. 

“Semoga nanti ada bantuan modal dari Pemkot Surabaya sehingga usaha pembuatan kue saya ini bisa lebih besar. Saya juga berharap dibantu pemasarannya,” ujar perempuan muda itu. 

Sedangkan warga RW 12 Putat Jaya C Surabaya, Suryono (45), yang sebelumnya membantu sang kakak berjualan nasi, mengikuti pelatihan pembuatan produk rumah tangga seperti sabun cair, karbol, dan softener yang digelar oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (Bapemas KB).  Kini ia sudah bisa memproduksi sendiri. Bahkan, sejak dua minggu lalu, produk buatannya seperti sabun cair serba guna, karbol, dan shampo cuci motor yang diberi merk “Delta 5”, diminati banyak warga di sana.

Produk buatan Suryono juga ramah lingkungan. “Tempo hari pas ada bazar di Dolly saya pasarkan dan alhamdulillah banyak yang berminat. Tetangga saya juga mulai tertarik untuk belajar membuat produk seperti ini,” ujarnya. 

Anto Handiono dari Bapemas KB Kota Surabaya mengatakan, sejak mulai 2010 hingga 2013, pihaknya sudah melakukan pelatihan di 31 kecamatan dan 49.470 orang yang sudah dilatih. Untuk 2014, khusus di Kecamatan Sawahan, Bapemas KB sudah melatih 1.067 orang. “Sedangkan khusus untuk Kelurahan Putat Jaya, sejak Februari lalu sudah ada 395 orang diberi pelatihan yang terdiri dari 19 kelas,” ujarnya. 

Dia menjelaskan, pelatihannya itu berbasis permintaan masyarakat. Adapun pelatihan yang diminati masyarakat di Putat Jaya adalah pelatihan makanan olahan, kue basah, kue kering, dan produk rumah tangga.

Kelompok swadaya yang telah dibentuk dalam pelatihan, kini mulai merintis usaha. Selain melakukan pelatihan kepada warga terdampak, Bapemas KB juga memberikan bantuan untuk alat produksi dan juga menfasilitasi pemasaran. 

“Kami juga fasilitasi untuk menggunakan gerai milik Pemkot Surabaya di mal, termasuk di gerai milik Bapemas di rumah kreatif masyarakat Surabaya,” ujarnya. 

Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya, Muhamad Fikser, mengatakan, banyaknya warga terdampak yang telah merintis usaha sendiri, menjadi bukti nyata bahwa Pemkot Surabaya tidak sekadar menutup lokalisasi. Tetapi juga serius melakukan upaya penanganan berupa intervensi dari beberapa dinas. 

“Terkait testimoni warga ini, nanti akan saya sampaikan ke dinas terkait. Jadi Pemkot tidak hanya menutup, tetapi juga melakukan berbagai kebijakan agar warga di sana bisa beralih profesi dan menjadi mandiri,” katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement