Senin 02 Jun 2014 06:00 WIB

Ka'bah Dicuci dengan Air Zamzam dan Harum Bunga

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto: Republika/Daan
Ikhwanul Kiram Mashuri

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ikhwanul Kiram Mashuri

Pekan lalu, tepatnya 29 Mei 2014 atau 30 Rajab 1435 H, Ka'bah dicuci oleh Gubernur Makkah Pangeran Mish'al bin Abdullah bin Abdul Aziz. Ia mewakili penguasa Kerajaan Arab Saudi, Raja Abdullah bin Abdul Aziz. Menilik namanya, Mish’al adalah putra Abdullah.

Prosesi pencucian Rumah Allah SWT  pada pagi hari itu berjalan lancar. Ketika tiba di pelataran thawaf, ia disambut oleh Ketua Lembaga Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Dr Abdul Rahman Al Sudais. Lalu Pangeran Mish'al dan rombongan – antara lain para ulama, tokoh masyarakat, pejabat, dan diplomat dari negara-negara Islam – melaksanakan ibadah thawaf, yakni memutari Ka'bah sebanyak tujuh kali dan diakhiri dengan menyentuh Hajar Aswad.

Sheikh Al Sudais sendiri baru menjabat sebagai Ketua Lembaga Urusan Al Haramain (Majidil Haram dan Masjid Nabawi) setahun lalu. Sebelumnya, ia merupakan imam Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Lalu menjadi kepala para imam di kedua masjid itu. Sebagai imam, Sheikh Al Sudais tentu hafal seluruh ayat Alquran. Bahkan lantunan suaranya bisa diunduh di internet dan kini menjadi model bacaan para imam di Indonesia. Al Sudais juga akrab dengan para ulama di negera kita. Beberapa kali ia berkunjung dan memberi ceramah di pesantren, perguruan tinggi, dan majelis taklim.

Usai thawaf, Pangeran Mish'al lalu menerima kunci pintu Ka'bah yang dibungkus dalam sebuah tas terbuat dari beludru berwarna hijau dari perwakilan Bani (Suku) Shaiba. Yang terakhir ini secara turun-menurun merupakan pemegang kunci pintu Ka'bah sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW.

Setelah memasuki Ka'bah lewat tangga kayu yang disediakan, Pangeran Mish'al dan rombongan secara bergantian melaksanakan shalat dua rakaat di tempat yang, konon, Nabi Muhammad SAW pernah berdoa di sana. Setelah rombongan keluar, Pangeran Mish'al lalu memimpin prosesi pencucian Ka'bah. Mula-mula lantai Ka'bah kemudian dinding bagian dalam dan seterusnya. Pencucian dengan menggunakan air Zamzam yang dicampur dengan wewangian berbagai bunga dan parfum oud dan misk, lalu dikeringkan dengan kain putih. Proses pencucian Ka'bah hanya berlangsung sekitar satu jam.

Lalu apa yang menarik dari prosesi pencucian Ka'bah tersebut? Toh, pencucian Rumah Allah SWT itu dilakukan secara rutin setiap tahun dua kali. Yaitu menjelang datangnya bulan Ramadhan seperti sekarang dan menjelang pelaksanaan ibadah haji. Prosesi, upacara, dan tata-cara pencuciannya pun hampir sama. Kalaupun ada perbedaan adalah orang-orang yang melakukannya. Sementara itu, kiswah atau baju Ka'bah juga diganti rutin setahun sekali. Kiswah yang lama oleh Lembaga Urusan Al Haramain lalu dipotong-potong dan diberikan kepada tamu-tamu kehormatan Kerajaan Arab Saudi sebagai hadiah.

Yang menjadi perhatian saya justeru bagaimana reaksi jamaah haji atau umrah yang kebetulan menyaksikan prosesi pencucian Ka'bah tersebut. Bahkan sering terdengar ada jamaah yang bersedia membayar mahal biro perjalanan yang bisa memasukkan ke dalam rombongan prosesi pencucian Ka'bah. Saya pun teringat beberapa tahun lalu ketika ikut menyaksikan prosesi pencucian Ka'bah menjelang pelaksanaan ibadah haji.

Prosesi pencucian Ka'bah berjalan seperti biasa seperti yang dijelaskan di atas. Namun, usai pencucian banyak jamaah yang berusaha mengejar apa pun yang telah digunakan untuk menbersihkan Rumah Allah itu. Ada yang mengejar tangga berjalan yang baru digunakan untuk mencuci Ka'bah dan kemudian ramai-ramai menciuminya.

Ada yang berusaha mendapatkan air bekas mencuci Ka'bah dan lantas menyiramkannya ke sekujur badan. Bahkan ada yang meminumnya. Malah ada yang mengejar petugas pencuci Ka'bah dan menciumi tangannya. Saking berebutannya, pernah beberapa kali kejadian ada jamaah yang terinjak-injak dan bahkan ada yang meninggal dunia hanya untuk dapat menyentuh tangga atau mendapatkan air bekas mencuci Ka'bah.

Potongan atau robekan kiswah Ka'bah pun kini menjadi barang buruan para jamaah. Banyak jamaah yang berani membayar mahal untuk sepotong robekan kiswah. Bahkan setahun lalu ada jamaah haji kita yang berusaha menggunting kiswah. Jamaah ini lalu ditangkap dan menjadi urusan aparat keamanan Saudi.

Saya tidak tahu bagaimana orang-orang itu rela berdesakan dan bahkan terinjak-injak hanya untuk dapat mencium tangga, mendapatkan air bekas mencuci Ka'bah, dan memburu robekan kiswah Ka'bah. Semua barang-barang itu tentu tidak ada hubungannya dengan agama. Keberkahan pun juga tidak ada. Saya memang menyimpan potongan kain kiswah yang saya bingkai dan saya gantung di dinding rumah. Potongan kiswah itu saya peroleh dari Ketua Lembaga Urusan Al haramian ketika saya menjadi tamunya. Namun, barang itu hanyalah sebagai kenangan. Tidak lebih. Bukan jimad, apalagi mengharapkan keberkahan hanya dari sepotong kain kiswah Ka'bah.

Bukan hanya itu. Untuk bisa mencium Hajar Aswad, banyak jamaah yang rela berdesakan dan malah terinjak-injak. Juga untuk mencium makam Ibrahim AS di samping Ka'bah, berupa bangunan kecil dari besi berlapis emas dan kaca. Di dalamnya terdapat cetakan kaki, yang konon bekas telapak kaki Nabi Ibrahim AS ketika membangun Ka'bah. Padahal mencium Hajar Aswad hanyalah sunat. Bahkan cukup hanya melambaikan tangan. Sedang yang disunatkan di makam Ibrahim adalah shalat dua rakaat.

Padahal pula, rumah Hajar Awsad yang terbuat dari tembaga/kuningan berlapis emas dan rumah makam Ibrahim yang ada sekarang adalah baru. Yang dibuat pada masa pemerintahan Kerajaan Arab Saudi. Sedang yang lama kini tersimpan di museum Al Haramain yang berada di pinggiran Kota Mekah. Tidak jelas di mana rumah makam ibrahim dan Hajar Aswad dibuat. Namun, benang sutera untuk mebuat kiswah Ka'bah konon diimpor dari negeri Cina.

Perilaku jamaah haji dan umrah selama di Mekah dan Madinah jelas menggambarkan bagaimana kualitas keagamaan umat Islam secara menyeluruh. Saya khawatir apa yang pernah dikatakan almarhum Presiden Soekarno masih terjadi pada umat Islam sekarang ini. Yaitu apa yang dilaksanakan oleh umat Islam bukan api agama tapi asapnya. Wallahu a'lam bis shawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement