Jumat 02 May 2014 14:56 WIB

Aktivis 98 Dukung Jokowi, Mantan Ketum PRD: Otak Mereka Dicuci

  Aksi penolakan mahasiswa ITB atas kedatangan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di halaman Aula Timur Kampus ITB, Jl Ganeca, Kota Bandung, Kamis (17/4). (Republika/Edi Yusuf)
Aksi penolakan mahasiswa ITB atas kedatangan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di halaman Aula Timur Kampus ITB, Jl Ganeca, Kota Bandung, Kamis (17/4). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak mantan aktivis 1998 yang menyatakan mendukung capres PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi). Namun, dukungan ini malah menuai kritik. 

Mantan aktivis 1998, Haris Rusly Moti menilai, sebagian besar rekannya seakan kehilangan kesadaran dalam menghadapi pemilu 2014. Bahkan, banyak yang seperti menjadi fundamentalis fanatik terhadap salah satu capres. 

"Kesadaran aktivis 98 jatuh hingga ke titik terendah. Bahkan bukan semata terilusi tapi sudah fanatik buta dengan menjadi fundamentalis Jokowi atau capres lainnya. Ini kesadaran palsu, ilusi politik yang harus dibongkar," katanya, Jumat (2/5).

Lulusan ilmu politik UGM Yogyakarta itu menuding aktivis tersebut seperti orang kesurupan karena mengikuti aliran sesat. "Mereka seperti baru selesai dicuci otaknya oleh pimpinan aliran sesat," paparnya.

Deklarator Petisi 28 itu menilai, aktivis tersebut sudah kehilangan sikap kritis terhadap situasi politik mutakhir. "Mereka nyaris tidak memiliki sikap kritis terhadap keadaan bangsa yang sudah kacau balau dan masih terjajah ini. Tidak ada lagi aktivis yang bersikap kritis terhadap capres," ujarnya.

Menurut dia, tidak sepatutnya aktivis 98 menyerah begitu saja pada kesadaran palsu. Apalagi, mereka memiliki akses yang luas.

"Mereka kan punya akses pada sumber informasi, harusnya mereka terdepan mengkoreksi keadaan sosial dan politik negara saat ini," ungkap ketua umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) itu.

Sebelumnya, aktivis mahasiswa era 1998 yang terhimpun dalam Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (Pena 98) menyatakan menolak pencapresan Prabowo Subianto. Mereka bersikeras Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu bersalah terhadap aktivis 98.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement