Selasa 29 Apr 2014 16:16 WIB

Industri Perawatan Pesawat Indonesia Butuh 'Aerospace Park'

 Sejumlah Pesawat melakukan pengecekan sebelum melakukan penerbangan di Bandara Sultan Hasanudin, Makasar, Kamis (13/2). (Republika/Adhi Wicaksono)
Sejumlah Pesawat melakukan pengecekan sebelum melakukan penerbangan di Bandara Sultan Hasanudin, Makasar, Kamis (13/2). (Republika/Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri perawatan pesawat ("maintenance, repair, overhaul"/MRO) membutuhkan kawasan luas terpadu yaitu "aerospace park" guna menunjang pengembangan industri tersebut di Tanah Air.

"Industri MRO Indonesia juga membutuhkan kawasan terpadu seperti 'aerospace park' untuk mendorong sinergi antar-organisasi MRO," kata Presiden IAMSA (Asosiasi Perawatan Pesawat Indonesia) Richard Budihadianto dalam acara "Aviation MRO Indonesia 2014 Conference and Exhibition" di Jakarta, Selasa (29/4).

Menurut Richard, keberadaan aerospace park dan sinergi antar-MRO diharapkan dapat memberikan dukungan yang optimal bagi maskapai domestik dalam meningkatkan keselamatan. Selain keselamatan, lanjutnya, hal itu juga dinilai bermanfaat guna meraih ketepatan waktu dan biaya perawatan efektif serta kemudahan akses dalam mendapatkan suku cadang dan membuka lapangan kerja.

Keberadaan aerospace park dinilai meminimalkan perawatan pesawat maskapai domestik ke luar negeri, sehingga terjadi penghematan devisa dan belanja luar negeri. Ia mengingatkan sejumlah negara tetangga seperti Singapura membangun "Seletar Aerospace Park" dan Malaysia mendirikan "Malaysia International Aerospace Center".

Sebelumnya, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan dibutuhkan dana investasi hingga sebesar Rp 160 triliun untuk sektor penerbangan Indonesia selama lima tahun ke depan.

"Kami menghitung kebutuhan investasi 15,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp160 triliun untuk periode lima tahun ke depan," kata Direktur Pengembangan Kemitraan Publik-Swasta Bappenas Bastary P Indra dalam konferensi pers tentang "Indonesia Aviation Business Forum 2014" yang digelar di Jakarta, Selasa (22/4).

Menurut dia, jumlah tersebut antara lain dibutuhkan sebagai investasi guna perluasan bandara Soekarno-Hatta dan membangun bandara baru di sejumlah daerah terpencil.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement