Jumat 16 Aug 2013 21:32 WIB

Pembantaian Rakyat Mesir Jadi Sejarah Hitam di Era Demokrasi

Rep: Lilis Handayani/ Red: Karta Raharja Ucu
Pasukan militer Mesir melemparkan gas air mata ke arah pendukung Presiden Mursi di Kairo, Rabu (14/8).
Foto: AP
Pasukan militer Mesir melemparkan gas air mata ke arah pendukung Presiden Mursi di Kairo, Rabu (14/8).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Ratusan massa yang tergabung dalam Forum Masyarakat Cirebon Peduli Mesir (FMCPM) mengutuk keras kebiadaban militer dan polisi Mesir terhadap pendukung Presiden Muhammad Mursi.

Mereka pun meminta agar Pemerintah Indonesia berperan aktif dalam menghadapi situasi di Mesir. Hal itu mereka sampaikan melalui aksi damai yang dipusatkan di alun-alun dan perempatan Kejaksan, Jalan Kartini, Kota Cirebon, Jumat (16/8).

Ketua FMCPM Mukhlis Yusriyanto,  menegaskan, tindakan militer dan polisi Mesir tidak dapat diterima dengan alasan apapun. Dia menilai, tindakan tersebut merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

''Ini juga menjadi sejarah hitam yang terjadi pada masa demokrasi saat ini,'' kata Mukhlis.

Mukhlis mengatakan, tindakan militer dan polisi Mesir juga telah menodai prinsip-prinsip demokrasi, hak sipil, dan politik rakyat Mesir. Karena itu, pihaknya mengajak seluruh warga dunia membuka suara dan mengutuk tindakan itu.

''Pemerintah Indonesia juga jangan hanya diam karena dulu Mesir sudah berjasa mengakui kemerdekaan Indonesia,'' tegas Mukhlis. Presiden SBY diminta menarik duta besar Indonesia yang ada di Mesir. Hal itu sebagai bentuk protes kebiadaban yang dilakukan militer Mesir. 

Selain berorasi, massa juga melakukan kegiatan pengumpulan dana yang akan disumbangkan bagi rakyat Mesir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement