Sabtu 11 May 2013 07:00 WIB
Resonansi

Wanita Sejak Dulu Kala

Asma Nadia
Foto: Republika/Daan
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Asma Nadia

Seorang sepupu menceritakan pengalaman ayahnya saat menjabat sebagai manajer tingkat menengah di sebuah bank negara di Dumai. Saat itu tahun tujuh puluhan.

Setelah cukup lama bekerja dengan kinerja sangat baik, ia dijadwalkan mendapat kunjungan tamu penting dari Jakarta yang akan menilai kelayakannya untuk menjadi pimpinan cabang. Bersama berita kehadiran tamu tersebut, terselip pesan khusus bahwa si penilai meminta disediakan sajadah terbaik saat berkunjung nanti.

Anak muda ini tentu tidak ingin mengecewakan. Dengan sungguh-sungguh ia berkeliling kota untuk mencari. Sempat tebersit rasa heran mengingat sajadah bukanlah karya yang khas dari kota tempatnya tinggal. Tidak mudah, namun si pemuda terus mencari, masuk dari satu pasar ke pasar lain, sampai akhirnya berhasil menemukan sajadah paling bagus.

Momentum penting itu pun tiba. Sang penilai datang dan melakukan sederet evaluasi. Wawancara demi wawancara dilalui si pemuda, kinerjanya diawasi dengan saksama. Menjelang pulang, sang pemuda sigap memberikan hadiah sajadah terbaik sebagaimana yang dipesan.

Sepertinya semua berjalan dengan lancar. Namun selang beberapa waktu, datang kabar yang intinya menyatakan si pemuda dianggap belum pantas menjadi pimpinan.

Meski kecewa, dia mencoba berprasangka baik. Barangkali memang belum layak. Dengan lapang dada pula dia meminta masukan teman-teman satu kantor demi menelusuri penyebab kegagalannya. Hingga beberapa orang yang mengetahui perihal kegagalan si pemuda kemudian membisikkan sesuatu. Ternyata dia telah salah menerjemahkan permintaan si penilai dari Jakarta. Tamu penting itu tidak membutuhkan sajadah melainkan wanita, sajadah terbaik berarti wanita tercantik.

Mendengar hal itu, baru si pemuda paham bahwa terkadang ada yang meminta hadiah sajadah, tikar, selimut, atau karpet yang kesemuanya tidak lain merupakan cara halus meminta perempuan.

Kisah ini juga mengingatkan saya pada seorang top manager di sebuah perusahaan nasional di era Orde Baru. Profesional yang juga dikenal rajin berdakwah ini saat itu bersama beberapa top manager dari perusahaan dikirim ke satu negara untuk menegosiasikan pembelian mobil buatan negara tersebut. Ketika tiba, dia dan teman-teman dijamu dengan baik oleh para pengusaha setempat di restoran mewah dan menginap di hotel berbintang.

Ketika melangkah ke kamar hotel untuk beristirahat, sang manajer kaget luar biasa karena di tempat tidurnya telah duduk seorang wanita cantik. Wanita itu menjelaskan bahwa ia ditugaskan untuk 'menemani\" dan memberi "pelayanan" terbaik bagi sang tamu. Tanpa berpikir panjang, manajer tersebut dengan tegas meminta si wanita keluar dari kamarnya saat itu juga. Keesokan hari saat berkumpul dengan teman yang sama-sama berangkat dari Jakarta, mereka bercerita bagaimana malam sebelumnya ditemani wanita asing yang cantik dan menyulut kemarahan laki-laki itu karena rekan-rekannya telah mengkhianati kepercayaan istri-istri mereka.

Potongan kisah di atas terjadi di tahun 1970-an dan 1990-an, tapi fenomena yang sama masih terjadi. Beberapa istri mengungkapkan kecemburuan sebab suaminya, saat harus keluar kota, biasa dijamu perempuan-perempuan cantik, sekadar teman bermain biliar hingga ke kamar.

Di Cina saat ini banyak pejabat publik menghadapi tuntutan hukum karena video mesum mereka tersebar. Video tak pantas itu awalnya digunakan untuk menekan sang pejabat dalam membuat keputusan-keputusan tertentu.

Di Indonesia, tak urung mencuat nama-nama perempuan yang terkait dengan kasus korupsi pejabat dan para pengambil kebijakan publik. Republika beberapa waktu lalu membahas topik wanita yang dijadikan sebagai salah satu gratifikasi untuk memuluskan sebuah proyek.

Dalam undang-undang antikorupsi memang tidak disebut wanita sebagai salah satu gratifikasi, tapi ada celah hukum untuk menjerat gratifikasi seksual karena ada kata "dan lain-lain" sebagai fasilitas untuk menyuap koruptor. Teringat salah satu politisi idealis yang dengan terus terang berkata kepada saya, dia tidak khawatir jika disuap dengan uang sebesar apa pun, namun tak yakin bisa bertahan jika disodori perempuan cantik.

Wanita sebagai alat, bukan kisah baru. Seperti yang pernah Rasulullah katakan, tiga godaan besar buat laki-laki: harta, takhta, dan wanita. Terlebih ketika harta dan takhta sudah di tangan. Saat tak tembus godaan harta dan takhta, akan hadir godaan lain yaitu wanita. Bersiap, sebab entah berapa banyak rumah tangga dan karier yang susah payah dibangun kemudian hancur akibat godaan ini.

Semoga para pria bisa menjaga diri dan hati mereka, dan para wanita bisa menjaga harga dirinya sehingga tidak menjadi alat bargain atau senjata bagi pihak lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement