Ahad 24 Mar 2013 21:14 WIB

Bara Konflik di Balik Euforia Timnas

  Kapten timnas Indonesia, Boas Salossa, melakukan selebrasi seusai melesakkan gol ke gawang Arab Saudi di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (23/3) malam.  (Antara/Wahyu Putro)
Kapten timnas Indonesia, Boas Salossa, melakukan selebrasi seusai melesakkan gol ke gawang Arab Saudi di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (23/3) malam. (Antara/Wahyu Putro)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Didi Purwadi/ Editor Olahraga ROL

Euforia Piala AFF 2010 seakan menjelma saat timnas Indonesia menghadapi Arab Saudi di laga kualifikasi pra Piala Asia 2015. Ribuan gelombang suporter timnas memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta meski hujan tak henti-hentinya mengguyur sepanjang pertandingan.

Kehadiran sejumlah pemain Indonesia Super League (ISL) yang juga mantan punggawa Piala AFF 2010 tak dipungkiri menjadi magnetnya. Belum lagi kehadiran pelatih karismatik Rahmad Darmawan bersama Jacksen F Thiago.

Euforia menyambut timnas sudah terlihat sejak Boaz Salossa dan kawan-kawan menggelar latihan jelang laga lawan Saudi Arabia. Tepatnya lagi setelah Rahmad Darmawan ditunjuk menggantikan Luis Manuel Blanco usai perhelatan Kongres Luar Biasa PSSI pada 17 Maret.

Ratusan suporter yang merindukan penampilan ‘timnas ideal’ -- timnas sebelumnya di bawah Nil Maizar dinilai kurang ideal karena tidak diperkuat pemain ISL-- memadati lapangan ingin menyaksikan skuat Rahmad Darmawan berlatih. Kerinduan itu dibuktikan ketika ribuan suporter menyerbu SUGBK meski mereka akhirnya mesti menerima kenyataan pahit timnas kesayangannya tumbang 1-2 dari Arab Saudi.

Euforia semalam setidaknya bisa melepaskan dahaga suporter yang selalu menanti-nantikan penampilan timnas dan merindukan prestasi timnas di kancah internasional. Meski, di balik euforia semalam, bara konflik sesungguhnya masih menerpa persepakbolaan nasional.

Aksi saling singkir yang kini sedang terjadi. Nil Maizar menjadi salah satu korbannya dimana dia digantikan Blanco dari Argentina. Tapi, Blanco pun tidak bertahan sampai sebulan karena kini digantikan oleh duet RD-Jacksen.

Aroma konflik sangat terasa dari keputusan pengangkatan RD. Wakil Ketua Badan Tim Nasional (BTN), Harbiansyah Hanafiah, yang mengumumkannya mendapat dukungan dari La Nyalla Mattalitti.  Sementara Ketua BTN, Isran Noor, sejalan dengan Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin, menolak pencopotan Blanco.

Bara konflik juga menerpa Mesak Manibor yang dicoret dari posisi manajer timnas. Ironisnya, Manibor digantikan oleh Habil Marati yang sebelumnya digantikan Manibor pada awal Januari lalu.

Halim Mahfudz yang mengumumkan pengangkatan Mesak menggantikan Habil pada awal Januari lalu itu juga ikut menjadi korban aksi saling singkir ini. Halim dipecat dari posisinya sebagai sekjen PSSI.

Aksi walk out enam anggota Exco PSSI di KLB PSSI pekan lalu semakin menegaskan bara konflik sedang terjadi. Belum lagi pencoretan pemain naturalisasi Stefano Lilipaly dari skuat RD dimana BTN terbelah soal keputasan pencoretan Lilipaly ini.

Euforia semalam seakan ingin melupakan sejenak kisruh persepakbolaan nasional yang sesungguhnya masih akan terus berlangsung meski KLB PSSI telah sukses digelar. Karena jika memakai filosofi ‘makan bubur panas’, aksi saling singkir belum menyentuh tengahnya. Kita lihat saja nanti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement