Sabtu 16 Mar 2013 10:30 WIB
Lomba Guru Menulis Artikel

Komik sebagai Media Pembelajaran Sejarah

Karakter superhero dalam komik
Foto: dc
Karakter superhero dalam komik

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh : Sofyan Akbar Budiman

Di kalangan anak-anak siapakah yang tidak mengenal Superman, Batman, Spiderman, Naruto dan Ultraman? Rasa-rasanya anak-anak akan dengan mudah menyebutkan nama-nama tersebut ketika mereka ditanya dan ditambah lagi jika ada gambarnya dipajang. Nama tokoh tokoh pahlawan kartun tersebut cukup familiar di indera mereka. Bagaimana tidak, tak hanya filmnya saja yang ditonton bebas di televisi, aneka komik dan poster juga turut menghiasi toko-toko buku dan pusat-pusat perbelanjaan. Dilihat dari  angka penjualannya tetap stabil dan tidak mengalami penurunan, bahkan cenderung meningkatkan minat konsumen.

Sekarang, anak-anak usia dini dan sekolah dasar pun jika ditanya tentang siapa saja tokoh tokoh pahlawan yang disukainya, sederetan nama superhero luar negeri akan jadi jawabannya. Sementara, jika ditanya tentang Jendral Sudirman, RA.Kartini misalnya, mereka jelas akan menjawabnya tidak tahu. Atau seandainya mereka tahu, namun mereka itu (pahlawan nasional tersebut) bukanlah termasuk tokoh pahlawan favoritnya. Media memang memiliki peranan yang sangat penting dalam hal ini. Anak mengenal dan menyukai sesuatu hal berawal dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar dari sekeliling mereka.

Jika tontonan dan bacaannya saja lebih banyak berasal dari tokoh tokoh pahlawan kartun luar negeri, otomatis di otak mereka akan lebih mudah mengingat tokoh-tokoh tersebut. Padahal jika kita telisik lebih jauh, banyak tokoh tokoh pahlawan nasional Indonesia memiliki kekuatan dan tak kalah hebatnya dengan tokoh kartun tersebut. Tapi, memang nama-nama mereka (pahlawan nasional tersebut) sungguh tidak familiar di telinga anak-anak. Bahkan, jika anak-anak diberikan gambar mereka belum tentu langsung bisa mengenali gambar siapa itu.

Nama tokoh tokoh Pahlawan nasional Indonesia, di antaranya Jenderal Sudirman, RA. Kartini, Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Imam Bonjol, Ir.Sukarno, Moh. Hattta dan lain-lain. Beberapa di antara tokoh tokoh pahlawan nasional ini memang hidup dan terkenal di periode zaman kemerdekaan dan perjuangan. Sayangnya, saat ini film-film dan buku tentang mereka kurang diminati. Jadi wajar saja jika anak-anak tidak mengenal tokoh-tokoh tersebut. Demikian pula dengan para orangtua muda saat ini. Mereka tidak mengenalkan pada anak-anaknya, karena belum tentu para orangtua muda tersebut juga mengenal tokoh-tokoh itu.

Sementara tokoh tokoh pahlawan kartun luar negeri sampai saat ini selalu muncul dengan berbagai tampilan-tampilan barunya. Termasuk pemanfaatan teknologi canggih dalam setiap performancenya di film. Belum lagi alur ceritanya yang mengikuti perkembangan zaman. Imajinasi-imajinasi yang ditawarkan mampu memikat para penontonnya. Sehingga tidak mengherankan jika anak-anak lebih tertarik dan takjub dengan tokoh-tokoh kartun luar negeri.

Beberapa alasan tokoh tokoh pahlawan nasional kurang populer, yaitu media komersil jarang ada yang mau menampilkan film-film tentang perjuangan, bagi sebagian produser film menganggap kurang menguntungkan untuk menggarap jenis-jenis film-film perjuangan. Alasan yang lain adalah buku-buku biografi atau sejarah tentang tokoh-tokoh tersebut kurang menarik bagi anak-anak. Buku-buku yang ada lebih banyak menampilkan tulisan daripada gambar. Sehingga anak mudah cepat bosan dan kehilangan selera membacanya. Ditambah lagi dengan kurangnya peran orang tua dan guru-guru untuk mengenalkan dan menceritakan kisah-kisah kepahlawanan para tokoh pahlawan pada anak-anak mereka.

Salah satu media hiburan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah komik. Mungkin kita tidak menyadari bahwa masa kecil kita tidak terlepas dari media visual yang satu ini. Kita dapat belajar banyak dalam komik yaitu belajar mambaca, memahami cerita dengan cara visualisasi dan mengenal warna. Komik pun dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam dunia pendidikan karena komik dapat dirancang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam hal ini komik berfungsi sebagai penyampai pesan pembelajaran dengan media visual yang dikemas semenarik mungkin agar anak-anak atau peserta didik lebih tertarik untuk belajar.

Bukan hanya itu, komik pun dapat menarik semangat siswa untuk belajar dan mengajari siswa untuk menerjamahkan cerita ke dalam gambar bahkan seolah-seolah siswa dihadapkan pada konteks yang nyata sehingga muncul efek yang membekas pada siswa dan dapat mengingat sesuatu lebih lama. Materi yang terdapat di dalam komik dapat dijelaskan secara sungguh-sungguh, yang artinya bahwa materi yang berbentuk gambar dapat menjelaskan keseluruhan cerita atau materi yang dibarengi oleh ilustrasi gambar untuk  mempermudah siswa dengan mengetahui bentuk atau contoh kongkret apa maksud dari materi tersebut.

Dari hasil penelitian, Hutchinson (1949) menemukan bahwa 74 persen  guru yang disurvei menganggap bahwa komik "membantu memotivasi", sedangkan 79 persen  mengatakan komik "meningkatkan partisipasi individu" . Satu guru bahkan mengatakan bahwa komik membuat pembelajaran menjadi "pembelajaran yang sangat mudah" (Hutchinson, 1949). DC Comics, Thorndike, dan Downes juga menemukan bahwa komik juga mampu memotivasi siswa ketika mereka memperkenalkan buku latihan bahasa Superman ke kelasnya. Mereka menemukan bahwa siswa memiliki “ketertarikan yang tak biasa” dan, sebagaimana ditulis’ “mampu membuat siswa menyelesaikan tugas yang seharusnya diselesaikan dalam satu minggu menjadi satu hari saja” (Sones, 1944).

Komik juga membantu untuk membangkitkan minat baca anak-anak. Jaya Suprana (dalam Sofwan 2007) mengaku kalau minat bacanya tumbuh akibat membaca komik semasa kecilnya. Sejumlah komik menghadirkan nilai-nilai moral yang penting dikenal oleh siapa saja. Sebut saja nilai persahabatan, kerja keras, kebersamaan, kegigihan dan semangat pantang menyerah. Untuk itulah maka perlu dikembangkan komik tentang kisah-kisah kepahlawanan dari pahlawan nasional kita agar anak-anak kita dapat meneladani nilai-nilai kepahlawanan seperti patriotisme, integritas, kegigihan, pantang menyerah dan lain sebagainya. Sehingga diharapkan generasi mendatang akan menjadi generasi yang berkualitas yang mampu melanjutkan cita-cita para pahlawan nasional Indonesia.

Penulis adalah Guru di SD Islam Terpadu Cahaya Madani Pringsewu Lampung

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement