Ahad 24 Feb 2013 17:51 WIB

Pebisnis Wanita yang Agung

Ilustrasi
Foto: wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, “Sebaik-baik wanita adalah Maryam binti Imran dan sebaik-baik wanita juga adalah Khadijah binti Khuwailid.” Demikian sebagian pujian Rasulullah SAW terhadap Khadijah al-Kubra sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim dalam Sahih-nya.

Wajar jika Rasulullah memuji istri pertamanya itu sedemikian tinggi. Khadijah beriman kepada Beliau kala yang lain ingkar. Ia membela perjuangan Sang Nabi dengan pengorbanan tertinggi, menemani Rasulullah dalam suka dan duka, serta memberikan Beliau anak keturunan yang tak didapat dari istri-istri yang lain.

Rasulullah menikahi Khadijah dengan mahar dua puluh unta muda. Saat itu Khadijah berumur 40 tahun dan Rasulullah menginjak usia 25 tahun. Dialah perempuan pertama yang dinikahi Nabi SAW dan Beliau tidak menikah lagi dengan siapa pun kecuali setelah Khadijah wafat. Dari Khadijah lahirlah Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah.

Nama lengkapnya Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qusay. Nasabnya dan Rasulullah bertemu di Qusay. Bedanya, Muhammad SAW keturunan Abdu Manaf bin Qusay, saudara Abdul Uzza.

Khadijah lahir 68 sebelum Hijriyah, di sebuah keluarga yang mulia dan terhormat. Ia tumbuh dalam suasana yang dipenuhi dengan sikap dan perilaku terpuji. Cerdas, ulet, tekun dan penyayang merupakan kepribadiannya yang menonjol.

Khadijah RA adalah sosok wanita yang selalu menjaga muruah, martabat dan kehormatan diri. Ia tak seperti wanita Jahiliyah pada umumnya. Ia juga bukan seorang penyembah berhala. Tak heran jika masyarakat di zaman ‘kebodohan’ itu menjulukinya sebagai At-Thahirah (wanita suci). Wanita mulia ini dihormati oleh beragam kalangan; pria-wanita, miskin-kaya, bangsawan-jelata.

Khadijah kerap mendatangi sepupunya—Waraqah bin Naufal—untuk mendapatkan kisah-kisah tentang Bani Israil dan agama Nasrani. Ia bahkan telah mengetahui kabar tentang kenabian di akhir zaman serta berharap—suatu saat nanti—dapat berjumpa dengan nabi itu. Putri Khuwailid ini juga kerap bertanya kepada Waraqah tentang Allah, Tuhan, dan kekuasaan-Nya.

Walau berprofesi sebagai pengusaha dan sukses dalam bisnis, Khadijah kadang dilanda kegelisahan. Hatinya bertanya-tanya tentang kebenaran, agama, dan risalah kenabian. Ia selalu berpegang pada apa yang kerap disampaikan Waraqah. “Akan datang masanya ketika nabi akhir zaman muncul di Jazirah Arab.”

***

Khadijah al-Kubra adalah seorang pebisnis andal, pengusaha wanita sukses yang disegani. Sebagai seorang saudagar, ia memiliki sejumlah orang kepercayaan yang membantunya menjalankan bisnis. Ia juga senantiasa membagi profit kepada karyawan atau pegawai, bahkan relasi bisnis.

 

Suatu saat, Khadijah mendengar tentang Muhammad SAW. Yang paling menarik perhatiannya dari putra Abdullah bin Abdul Muthalib itu adalah kisah kejujuran, amanah, dan kemuliaan akhlak.

Singkat kata, Khadijah memercayakan salah satu kafilah dagangnya untuk dikelola Muhammad SAW. Ia memberikan Abu Qasim—julukan Rasulullah—modal yang lebih besar dibanding anak buahnya yang lain. Muhammad SAW berangkat ke Syam, menjalankan perniagaan Khadijah, dan meraih untung besar.

Jiwa bisnis memang mendarah daging dalam diri Khadijah. Sang ayah, Khuwailid, adalah pengusaha sukses yang juga terkenal dermawan. Inilah salah satu faktor yang membentuk Khadijah menjadi pengusaha berbakat. Dalam Entrepreneur Myth, Michael Garner menyebutkan ada tiga tipe pelaku usaha; pebisnis, manajer, dan entrepreneur.

Pebisnis adalah model pelaku usaha yang umumnya diawali dengan hobi, atau keahliannya. Tipe manajer lebih bersikap teoritis. Ia akan membuat perencanaan yang mendetil sebelum melakukan usaha. Sedangkan tipe entrepreneur adalah pebisnis sejati. Seseorang yang memiliki mental ini akan mudah mendelegasikan tugas. Ia lebih fokus memotivasi pegawainya untuk tetap semangat dan berkembang. Tugas pokok dalam bisnisnya adalah negosiasi dan melobi siapa saja demi pengembangan usaha.

Khadijah termasuk pengusaha wanita tipe ini. Hampir semua urusan bisnis ia delegasikan kepada orang yang ia percaya. Ia berhasil menjadikan Muhammad SAW yang terkenal jujur (al-Amin) dan memiliki integritas tinggi sebagai mitra bisnis. Kolaborasi Khadijah-Muhammad ini pun sukses dan kerap meraup laba dalam perniagaan.

Kisah tentang kegemilangan bisnis Khadijah ini amat jarang dibahas, diungkap atau disampaikan oleh para ulama, kiai atau ustaz. Mereka lebih sering membahas istri terkasih Rasulullah itu dalam perannya sebagai pendamping Beliau dalam dakwah Islam. Tidak salah memang.

Namun, alangkah “berbobotnya” jika sisi entrepreneurship Khadijah juga didakwahkan ke masyarakat luas, terutama kaum Muslimah. Agar mereka dapat mengambil ibrah, yakni selain menjadi pendamping suami dalam biduk rumah tangga, kaum Muslimah pun bisa beraktivitas di bidang lain; dunia usaha, misalnya.

Bukankah Rasulullah jua yang berpesan agar kita meneladani Khadijah, pebisnis wanita nan agung itu. "Cukuplah bagimu empat wanita terbaik di dunia; Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad dan Asiah, istri Firaun.” (HR Ahmad, Abdurrazaq, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement