Selasa 12 Feb 2013 08:00 WIB

Reposisi Politisi Muda

Parpol/ilustrasi
Foto: antara
Parpol/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah asteroid raksasa melaju ke arah Bumi dengan kecepatan tinggi. Ukurannya diperkirakan sebesar Texas. Jika tabrakan terjadi, besar kemungkinan Bumi akan rusak parah. Umat manusia serta makhluk hidup lainnya terancam punah.  Akhirnya ditempuh sebuah solusi untuk menghindari tabrakan: asteroid diledakkan dengan bom nuklir.

Masalahnya, bom nuklir tersebut harus ditanam di dalam asteroid yang permukaannya sangat keras. Dan hanya ada satu orang yang diyakini bisa mengemban misi meledakkan asteroid ini, yakni Harry Stampler. Ia pun kemudian merekrut para pengebor terbaik di dunia. Usianya ada yang tua dan muda. Didampingi beberapa astronaut yang ahli mengoperasikan pesawat luar angkasa, mereka menuju asteroid.

Sebelum asteroid mencapai titik nol, tim harus sudah berhasil membuat ledakan. Namun, tiba-tiba terjadi badai. Bongkahan-bongkahan batu terbang dan menggelinding. Selain menambah jumlah anggota tim yang tewas saat pendaratan, badai juga merusak sejumlah peralatan. Ketika diperiksa, ternyata remote detonator ikut rusak. Artinya, nuklir tak bisa diledakkan dari pesawat luar angkasa. Harus ada seseorang yang tinggal untuk mati, untuk meledakkan nuklirnya, untuk menyelamatkan umat manusia. Harry mengajukan diri untuk tinggal. Rekan-rekannya menolak. Mereka saling mengajukan diri.

Akhirnya dilakukan pengundian. Seorang astronaut memegang beberapa potongan kabel. Siapa yang mendapat kabel terpendek harus tinggal. Ternyata yang mendapat kabel terpendek adalah anggota tim termuda. Ia biasa disapa AJ. Dengan segala kebesaran hati, AJ masuk ke dalam lift. Ditemani Harry, ia turun dari pesawat.

Sesampainya di bawah, AJ melangkah keluar lift. Wajahnya tegang. Hanya beberapa langkah dari pintu lift, tiba-tiba ia tak bisa bernafas. Harry mencopot selang oksigen di pakaian luar angkasanya. Harry menariknya kembali ke dalam lift sambil melangkah keluar. Pintu lift ditutup. Harry tersenyum. Ia meminta AJ menjaga dan menikahi putrinya. Pesawat terbang meninggalkan asteroid. Harry menekan tombol peledak. Tubuhnya lenyap di antara pecahan-pecahan asteroid. Dunia selamat atas pengorbanan seorang pria tua yang bijak.

Cerita mengharukan di atas merupakan sepenggal adegan dalam film Armageddon. Ada pesan yang sangat bernilai dari kisah Harry dan timnya: pengorbanan kaum tua untuk menyelamatkan dan membiarkan kaum muda tetap eksis. Sekalipun sebagai ketua tim, Harry bukan orang yang berperangai suka memanfaatkan wewenang untuk melindungi diri dan mengorbankan kerabatnya.

Sikap seperti itulah yang tak dimiliki kebanyakan politisi di tanah air. Demi hasrat berkuasa, seorang politisi senior malah melanggar nilai-nilai yang pernah ditetapkannya sendiri. Awalnya, pemuda dijadikan sebagai basis penggerak roda organisasi partai. Posisi pemimpin partai pun dipercayakan kepada pemuda. Namun dalam perjalanan, politisi tersebut mengkhianati sendiri nilai keutamaan pemuda dalam perubahan.

Sungguh buruk bila ada seorang politisi dengan congkak menganggap politisi tua dan senior yang menjadi deklarator berdirinya partai lebih berhak memimpin. Politisi yang demikian jelas tak memiliki keberanian berkorban seperti Harry. Reposisi politisi muda menjadi 'pembantu' kembali merupakan kemunduran parah dalam sebuah partai.

Lebih parah lagi ternyata konsistensi menyelamatkan keutamaan politisi muda ternyata tak dimiliki oleh politisi pemuda sendiri. Politisi muda gemar mengumbar demagog-demagog keutamaan pemuda. Namun ketika berhadapan dengan politisi tua, politisi muda bak putri malu. Politisi muda mewajari politisi tua menggusur posisi mereka untuk memimpin partai.

Struktur partai politik ternyata bak organisasi militer yang mengutamakan senioritas. Pemangkatan dalam struktur tersebut bukan hanya pada jabatan-jabatan administratif, melainkan pada dikotomi antara: senior dengan junior, orang lama dengan orang baru, deklarator partai dengan pengikut partai.

Akibatnya, mereka yang berstatus follower tak bisa berbuat banyak ketika deklarator partai melakukan manuver menggusur posisi politisi muda yang dianggap sebagai pion. Sekalipun manuver deklarator menabrak ideologi partai, politisi muda tak mampu berbuat banyak. Malah menganggapnya sebagai tindakan menyelamatkan partai.

Politisi tua punya banyak jerat untuk membuat ketergantungan. Ketergantungan politisi muda pada politisi tua akan membelenggu aksi-aksi pengimplementasian demagog-demagog yang disuarakan. Pengaruh politik salah satunya bersumber dari kemampuan finansial. Politisi muda menempelkan diri pada politisi tua yang punya banyak modal sebagai 'bahan bakar' operasional aktifitas mereka. Bukan semata untuk pembiayaan aktifitas, ada kecenderungan pula untuk mencari penghasilan pribadi dengan bergantung pada pengaruh politisi tua. Begitu bentuk jeratnya.

Superioritas politisi tua masih mencengkram dalam struktur partai-partai politik di Indonesia. Dalam kasus lain, puncak struktur partai dipegang oleh seorang politisi muda. Namun, ketika gejolak menghantam partai tersebut, nampak ketidakmampuan politisi muda dalam meredamnya. Bahkan muncul dorongan dari internal partai agar deklarator berdirinya partai mengambil alih kemudi. Politisi muda yang menjadi pemimpin partai 'lumpuh'.

Selain dianggap sebagai senior, deklarator partai juga merupakan seorang politisi yang usianya sudah tua. Politisi-politisi muda bahkan menganggap krisis hanya bisa ditanggulangi bila politisi tua turun tangan. Selain faktor finansial, ternyata krisis percaya diri dan minimnya kelihaian berpolitik politisi muda ikut membuka celah bagi politisi tua untuk menancapkan kembali otoritasnya. Jelas ini adalah sebuah kemunduran.

Sebuah kesimpulan dapat ditarik: pada tahap yang akut, bukan hanya politisi tua yang menggelar manuver menggusur posisi politisi muda, tetapi politisi muda pun menganggap reposisi mereka menjadi sekadar follower dianggap wajar. Memprihatinkan!

Penulis: Bisma Yadhi Putra

Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe, Aceh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement