Senin 27 Aug 2012 21:00 WIB

Tahun Ini Perulangan 1.402 Tahun Lalu

Nasihin Masha
Foto: Republika/Daan
Nasihin Masha

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Nasihin Masha

Banyak yang tak menyadari bahwa Ramadhan tahun ini jatuh pada kalender yang sama dengan tahun Masehi 1.402 tahun lalu. Turunnya Alquran kali pertama pada 17 Ramadhan bertepatan dengan 6 Agustus 610 M. Nah, pada 6 Agustus 2012 M lalu itu, tepat pada 17 Ramadhan 1433 H. Rentang waktu antara tahun 610 ke tahun 2012 adalah 1.402 tahun.

Memang, ada catatan. Ada banyak versi tentang kali pertama wahyu turun. Selain 17 Ramadhan, ada versi lain, yaitu 21 Ramadhan, 24 Ramadhan, dan 27 Ramadhan. Namun, jika dua sistem kalender itu disandingkan, yaitu antara di masa itu dengan masa sekarang, maka jatuh- nya akan tetap sama.

Tanggal 17 Ramadhan saat itu sama dengan 6 Agustus 610 M, yang di masa ini 17 Ramadhan 1433 H sama dengan 6 Agustus 2012. Begitu pula jika turunnya wahyu pada 21 Ramadhan, 24 Ramadhan, maupun 27 Ramadhan saat itu sama dengan 10 Agustus 610 M, 13 Agustus 610 M, dan 16 Agustus 610 M.

Hal itu juga akan sama jika kita lihat pada 1433 H dan 2012. Sebetulnya, jika melihat harinya, sesuai dengan hadis Nabi maupun berdasarkan catatan ahli sejarah, hari turunnya wahyu kali pertama itu relatif tak banyak perdebatan. Mayoritas berpendapat, hal itu terjadi pada Senin.

Rupanya, hingga saat ini, umat Islam masih tak kunjung mampu menyerasikan pendapatnya dalam hal penanggalan. Tak hanya masalah tanggal berapa kali pertama wahyu turun, hingga kini, tiap tahun kita berselisih kapan Ramadhan dimulai dan kapan Idul Fitri maupun Idul Adha. Memang, masalah penanggalan ini bukan hanya monopoli menimpa umat Islam. Di lingkungan Kristen pun masih ada selisih soal Natal. Ini karena perbedaan penggunaan sistem kalender. Ada yang tetap menggunakan sistem kalender Julian (merujuk pada nama Julius Caesar) dan ada yang menggunakan sistem kalender Gregorian (merujuk pada nama Paus Gregorius XIII). Kalender terakhir ini merupakan pembaruan terhadap kalender Julian.

Sistem Gregorian pertama kali diterapkan pada 1582. Sebagian negara Katolik Roma segera mengadopsinya, seperti Italia, Spanyol, Portugal, maupun Prancis. Sedangkan, negara- negara Protestan awalnya menolak. Mereka curiga bahwa hal ini bagian dari upaya hegemoni Katolik lagi. Namun, perlahan kecurigaan itu hilang.

Pada 1700-an, negara-negara Protestan mulai menerima, seperti Jerman, Belanda, Denmark, Swiss, dan Norwegia. Sedangkan, Inggris Raya menerimanya pada 1752. Negara-negara Katolik Ortodoks baru belakangan menerimanya, seperti Rusia (1918). Yunani (1923) adalah negara Katolik Ortodoks terakhir yang menerima sistem Gregorian. Meski negaranya telah beralih ke Gregorian, sejumlah gereja Katolik Ortodoks di Yerusalem, Rusia, Makedonia, Georgia, Polandia, dan Yunani masih tetap menggunakan sistem Julian. Karena itu, Natal mereka (tentu tetap 25 Desember versi Julian) jatuh pada 7 Januari sistem Gregorian.

Gereja Ortodoks Timur juga tetap menggunakan sistem kalender mereka sendiri, seperti Koptik, Ethiopia, Eritrea, dan Suriah. Sebetulnya, lahirnya sistem Gregorian dipicu oleh terus bergesernya Hari Paskah. Ini karena ada kelebihan hari dalam sistem Julian akibat pembulatan perhitungan dibandingkan dengan revolusi bumi. Sehingga, dalam satu milenium ada kelebihan tujuh sampai delapan hari.  Dalam sistem Julian, ada selisih sehari tiap 128 tahun. Setelah diperbaiki, dalam sistem Gregorian, selisih itu hanya terjadi setelah 3.300 tahun (untuk perbandingan, kalender dengan sistem lunar qamariah bulan seperti Hijriah, selisih satu hari terjadi setelah 2.500 tahun, kalender Masehi menggunakan sistem solar syamsiah matahari). Namun, gereja-gereja yang bertahan pada sistem Julian tak cukup bisa diyakinkan dengan persoalan teknis tersebut. Bagi mereka ada persoalan "dalil" ihwal jatuhnya Hari Paskah. Karena itu, perbedaan sistem kalender di lingkungan Kristen pun masih bertahan hingga kini.

Namun, apa yang terjadi di lingkungan agama lain bukanlah pembenar bagi terus tak terselesaikannya masalah penanggalan di lingkungan umat Islam. Ihwal kapan kali pertama wahyu turun bukanlah karena masalah teknis menghitung dan menetapkan tanggal. Hal ini adalah masalah ketekunan riset belaka.

Sedangkan, penetapan awal Ramadhan maupun Idul Fitri/ Idul Adha hanyalah soal kemampuan bersepakat saja. Dengan adanya sistem komunikasi dan teknologi astronomi maka penetapan hilal menjadi jauh lebih mudah. Kita jangan hanya menghitung/melihat hilal dari hamparan tanah Indonesia saja, tapi seluruh dunia. Dari sana akan bisa diketahui hilal di tiap wilayah, berdasarkan perhitungan koordinat dan pergerakan waktu. Organisasi Konferensi Islam semestinya bisa mengambil prakarsa soal ini.

Kita pun harus kembali ke semangat Nabi Muhammad SAW yang menerima wahyu pertama kali ketika berusia 40 tahun, enam bulan, dan 12 hari (menurut kalender qamariah) atau 39 tahun, tiga bulan, 20 hari (menurut kalender syamsiah).

Rasulullah telah mewariskan semangat silaturahim, ketekunan, dan kerja keras ke pada kita.

Dan, Rasulullah tak mengajarkan perselisihan dan perbedaan, tapi musyawarah.

sumber : resonansi
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement