Selasa 31 Jul 2012 11:51 WIB

Abu Lahab dan Dr Gary Miller

Ahmad Syafii Maarif
Foto: Republika/Daan
Ahmad Syafii Maarif

REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Syafii Maarif

Tersebutlah dalam riwayat tentang perubahan sikap drastis Abu Lahab (nama aslinya `Abd al-`Uzza/hamba berhala al-`Uzza) terhadap kemenakannya, Muhammad. Saat sebelum di angkat menjadi rasul, Abu Lahab sangat menyayangi Muhammad karena diharapkan akan menjadi pengganti adiknya, Abdullah, yang wafat ketika kemenakannya itu masih berada dalam kandungan ibunya, Aminah.

Tetapi, sikapnya ini berubah 100 persen ketika Nabi Muhammad mulai memberi peringatan kepada keluarga terdekatnya akan kedatangan azab Allah SWT sesuai dengan perintah wahyu dalam surat al-Syu'ara ayat 214, "Dan, berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat."

Suatu hari pada tahun 611, untuk memenuhi perintah ayat itu Nabi Muhammad keluar dari tempat tinggalnya menuju Bukit Shafa guna menyeru kerabatnya agar berkumpul di sana. Setelah mereka datang, Nabi langsung memberi peringatan, "Wahai kerabatku (sambil menyebut semua nama ayah dari sukunya), datanglah ke sini." Mereka bertanya, "Ada apa?" Nabi menjawab, "Jika aku katakan kepadamu bahwa musuh ada di seberang bukit sana yang sedang mengintai untuk menyerbumu di waktu pagi atau petang, apakah kalian percaya?"

 

Karena Muhammad sejak muda sudah dikenal sebagai al-amin (terpercaya), tak pernah berdusta sepanjang hidupnya, mereka menjawab, "Tentu kami percaya." Lalu, isi peringatan itu segera disampaikan, "Sesungguhnya, aku adalah seorang pemberi peringatan (nadzir) bagimu sebelum azab yang dahsyat menimpamu." Ternyata di antara keluarga yang hadir itu adalah pamannya, Abu Lahab, seorang kaya yang pongah, yang dengan bengisnya langsung berkata, "Hanya untuk ini sajakah engkau memanggil kami ke sini?"

Kemudian, diteruskan dengan hinaan yang sangat menyakitkan, "Tabban laka" (celakalah bagimu). Karena peristiwa ini, dendam Abu Lahab semakin tak terbendung lagi, tidak perduli bahwa yang dijadikan sasaran kebengisan itu adalah keponakannya sendiri yang oleh Allah telah dipilih jadi nabi dan rasul akhir zaman.

 

Kejadian inilah yang menjadi asbabu al- nuzul(penyebab turunnya) surat Makkiyah al- Lahab (Gejolak Api), terdiri dari lima ayat yang turun pa da tahun 611 yang memberitakan tentang kelakuan dan nasib akhir Abu Lahab bersama istrinya dengan nama julukan Umm al-Jamil (Ibu Kecantikan), tetapi kelakuannya direkamkan Al quran sebagai "pembawa kayu bakar yang di lehernya ada tali dari sabut."

Nama asli Umm Jamil adalah Arwah binti Harb, saudara Abu Sofyan bin Harb dari Bani Umayyah. Nah, sekarang, apa pula kaitannya cerita Abu Lahab ini dengan Dr Gary Miller? Jika tak ada kaitannya, tentu "Resonansi" ini tidak akan diberi judul seperti di atas. Dr Miller adalah pendeta ahli matematika dan logika dari Universitas Toronto, Kanada. Dr Miller ingin sekali meneliti Alquran secara ilmiah untuk menemukan ke salahan dalam kitab suci umat Islam ini. Apa yang terjadi kemudian? Dr Miller gagal menemukan secuil kesalahan apa pun yang terdapat dalam Alquran.

Dalam artikelnya di bawah judul "The Amazing Quran," Dr Miller menulis, "Nabi Muhammad punya seorang paman bernama Abu Lahab. Orang ini pembenci Islam demikian rupa sehingga dia biasa mengikuti Nabi ke mana- mana untuk memojokkannya.

Jika Abu Lahab melihat Nabi berbicara kepada seorang yang asing, dinantikannya dulu sampai keduanya berpisah. Kemudian si asing itu ditemuinya sambil bertanya, `Apa yang dikatakan kepada engkau?' `Apakah dia mengatakan hitam?' `Itu sebenarnya putih.' `Apakah dia mengatakan pagi?' `Ya, itu sebetulnya, malam."

Pendek kata, Abu Lahab selalu memutar balik apa saja yang didengar si asing itu dari Muhammad dan orang Islam. Abu Lahab meninggal dalam suasana tekanan batin yang luar biasa sekitar 10 tahun setelah turunnya surat ini, pasca-Perang Badr (tahun kedua hijriah), karena harapannya tumbang sudah bagi kemenangan pasukan Quraisy yang ingin menghancurkan Islam sekali dan untuk selama- lamanya.

Bagi Dr Miller, nasib nahas yang menimpa Abu Lahab yang sudah diberitakan jauh sebelumnya dalam surat al-Lahab di atas sungguh sangat mencengangkan. Mengapa? Karena, tak mungkin seorang Nabi meramalkan nasib pamannya itu jauh sebelum akhir hidup yang dramatis itu menimpa Abu Lahab. Pasti berita itu berasal dari langit yang tak pernah salah.

Inilah salah satu penyebab mengapa Dr Miller menjadi seorang Muslim pada 1978 dengan nama Arabnya Abdul-Ahad Omar.  Dalam "The Amazing Quran", Anda akan dapat mengikuti hasil penelitian Dr Miller tentang betapa dahsyatnya Alquran itu menantang logika manusia untuk mencari kesalahan di dalamnya. Bagi Dr Miller, Alquran tak mungkin dikarang manusia manapun sepanjang sejarah peradaban dari dulu, kini, dan di masa depan. Para pembaca dapat menghubungi Bung Miller ini melalui [email protected].

Batin ini merasa terpukul dan malu pada Dr Miller yang menemukan kebenaran setelah melakukan penelitian empiris yang sangat serius, padahal saya tak pernah punya penelitian apa-apa tentang Alquran ini!

sumber : resonansi
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement