Selasa 17 Jul 2012 14:48 WIB

Lembaga Survei Partisan dan Berorientasi Bisnis?

Presentasi hasil survei politik. (Ilustrasi)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Presentasi hasil survei politik. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Muzammil Yusuf, menilai lembaga survei lebih berorientasi pada bisnis daripada menjaga idealisme keilmuan survei tersebut.

"Hasil Pilkada DKI Jakarta kemarin dan hasil survei lainnya yang berkaitan dengan kekuatan tokoh tertentu di pusat maupun daerah, membuktikan lembaga survei itu partisan dan lebih kuat orientasi bisnisnya daripada menjaga kuat idealisme keilmuan survei," kata Muzammil Yusuf, di Bandarlampung, Selasa.

Menurut dia, seharusnya lembaga survei mampu memotret realitas sosial yang sebenarnya, bukan memanipulasi hasil survei untuk kepentingan kandidat tertentu.

Hal ini terjadi, kata dia, karena orientasi bisnis lembaga survei lebih kuat dibandingkan orientasi keilmuan yang mensyaratkan kejujuran dan menjaga kredibilitas keilmuan.

"Dalam kaidah keilmuan, jika ada kesalahan bisa ditolerir. Tapi jika tidak jujur, memanipulasi hasil survei untuk menggiring opini publik, ini merupakan kebohongan publik yang harus dihentikan," ujar dia.

Jika ini terus terjadi, kata dia lagi, lembaga survei sedang menggali kuburnya sendiri.

Akibatnya, publik menjadi tidak peduli dan tidak percaya kepada mereka, ujar dia.

Lembaga survei ini telah bergeser perannya dari produk ilmiah menjadi produk politik partisan, kata dia pula.

Menurut dia, bila lembaga survei sudah tidak dipercaya publik, lembaga survei tersebut tidak akan dapat order lagi.

Lebih berbahaya lagi, menurut Muzammil, jika ketidakpercayaan publik terhadap perilaku lembaga survei yang demikian berdampak kepada ketidakpercayaan publik terhadap metode atau keilmuan survei.

Padahal metode survei ini jika dilakukan dengan benar akan memberikan hasil yang objektif, memotret realitas pilihan publik yang sebenarnya, kata dia lagi.

Survei yang kredibel hasilnya tidak akan jauh berbeda dengan hasil perolehan suara pilkada, ujar dia.

Muzzammil berharap, perguruan tinggi yang memiliki idealisme keilmuan untuk mengambil alih peran lembaga survei, agar kepercayaan publik kembali pulih kepada keilmuan survei.

Kita ingin muncul lembaga survei dari kampus yang menjunjung tinggi idealisme keilmuan lebih kuat daripada kepentingan bisnis, kata dia lagi.

Diharapkan, keilmuan survei tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang berpandangan pragmatis.

Dia berharap, lembaga survei turut menjaga dan mendukung atmosfir demokrasi yang mendidik dan sehat, dengan menyampaikan hasil survei yang sebenarnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement