Jumat 16 Mar 2012 12:42 WIB

Diamputasi, Tiga Jari Korban Bom Rakitan Semarang

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Bom (ilustrasi)
Foto: jejaknews.com
Bom (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG - Korban bom rakitan Semarang mengalami amputasi di jari tangan. Salah satu korban, Dwi Priyanto (32) terpaksa harus kehilangan ketiga jarinya.

"Korban (Dwi Priyanto), kehilangan jari teelunjuk, jari tengah, dan jari manis tangan kirinya," ujar ahli tim forensik Rumah Sakit Kariadi, Arif Rahman Sadad saat ditemui di Kariadi Semarang, Jumat (16/3). Selain itu, korban juga mengalami luka di wajah lengan bagian atas, dada dan lutut kiri sisi luar.

Sementara korban lainnya, Ngatmin (40), mengalami luka hampir menyeluruh di wajah, dada, lengan kanan dan kiri bagian atas, serta terdapat luka lecet 3x2 centimeter di lutut bagian dalam. "Telapak tangan kanan korban sobek tapi jari tidak ada yang diamputasi," ucapnya.

Arif menyebut, jika dilihat dari luka-luka korban, jelas hal tersebut timbul akibat serpihan. "Luka lecet dan robek akibat serpihan dan benturan paralon dan beberapa bahan bangunan di TKP yang terkena ledakan," katanya.

Namun demikian Arif tidak dapat menyebutkan apakah jenis ledakan masuk kategori kecil, sedang, atau besar. "Bukan kewenangan kami terkait residu atau jenis ledakan," ujar Arif.

Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah benda yang diduga bom meledak dan melukai tiga orang di kawasan Ngesrep Semarang Selatan, Kamis (15/3). Benda ini berbentuk pipa paralon dengan panjang kurang dari satu meter.

Benda tersebut ditemukan di halaman sebuah bangunan yang rencananya akan digunakan sebagai pondok pesantren di Jalan Tamtama Barat Ngesrep Semarang Selatan. Salah satu korban, Fajar Santoso (18) hanya mengalami luka ringan sehingga sudah diperbolehkan pulang kemarin.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement