Senin 04 Jul 2011 09:44 WIB

Peneliti Dunia Nongkrong di Bogor, Bahas Konservasi Flora Fauna Terancam Punah

Rep: c07/ Red: Stevy Maradona
Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR --  Sebanyak 15 peneliti dunia membahas konservasi flora dan fauna terancam punah dalam simposium internasional yang digelar di Bogor, Senin (4/7). Simposium sehari ini diselenggarakan oleh Fakultas Kehutanan IPB, International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), serta The Nature Conservancy.

“Ini menjadi ajang pertemuan peneliti dan praktisi konservasi dunia guna membahas isu-isu konservasi global,” ungkap Ketua Pelaksana Mirza Dikari Kusrini kepada Republika, Senin (4/7).

Ketua  Spesies Survival Commission (SSC) IUCN Simon Stuart dalam sambutannya mengungkapkan bumi telah kehilangan keanekaragaman hayati dalam jangka waktu yang sangat cepat. “Untuk mengatasinya, IUCN membentuk Komisi Kelangsungan Keanekaragaman Hayati atau SSC sejak 1949,” ungkapnya Senin (4/7) pagi kepada Republika.

Keanggotaan SSC  terdiri dari ribuan ahli relawan yang berbasis ilmu pengetahuan tentang keanekaragaman hayati. SSC selanjutnya melakukan penelitian dan penilaian terhadap status satu spesies. Langkah berikutnya merencanakan tindakan konservasi, dan mempersiapkan pedoman teknis IUCN.

Sebanyak 250 orang peserta yang terdiri dari berbagai kalangan yang menangani konservasi di dunia, termasuk peneliti, LSM, pemerintah, praktisi dan pemerhati saling berbagi pelajaran dari berbagai proyek konservasi yang berlangsung di dunia.

Berbagai pihak yang terlibat juga akan  mengembangkan usaha baru yang segar guna membendung penurunan dan mencegah kepunahan spesies lebih lanjut di Indonesia dan negara lain.

Mirza yang juga anggota Steering Committee SSC IUCN menambahkan, upaya konservasi spesies di berbagai belahan dunia seringkali terkalahkan oleh pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan. Ia mencontohkan, empat spesies penyu Indonesia terancam punah, 121 spesies burung endemik berstatus kritis dan 32 spesies burung endemik berstatus terancam punah. Kehidupan populasi Orangutan yang berdampingan dengan 724 desa di Pulau Kalimantan juga mengkhawatirkan.

“Indonesia perlu memerhatikan daftar spesies yang menjadi prioritas konservasi,” lanjutnya.

Upaya konservasi spesies di Indonesia juga telah dilakukan melalui penetapan peraturan dan undang-undang perlindungan tumbuhan dan satwa liar. Pemerintah juga telah menetapkan prioritas kawasan-kawasan konservasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement