Rabu 23 Feb 2011 09:15 WIB
Trending news insiden Cikeusik

Tangan Kiri Sarta Dibacok Jemaat Ahmadiyah

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Johar Arif
Sisa-sisa bentrokan warga dengan jemaat Ahmadiyah, Ahad (6/2), di Cikeusik, Pandeglang
Foto: Antara
Sisa-sisa bentrokan warga dengan jemaat Ahmadiyah, Ahad (6/2), di Cikeusik, Pandeglang

REPUBLIKA.CO.ID,PANDEGLANG-Apes nian nasib Sarta Jaya (41). Maksud hati hendak memotret bentrokan antara warga dengan jemaat Ahmadiyah di Desa Umbulan, Kampung Pendeuy, Cikeusik, Pandeglang, Banten, yang terjadi Ahad (6/2) lalu, dirinya malah terkena musibah.

Tangan kiri bagian belakang Sarta dibacok senjata tajam yang diduga dilakukan oleh anggota Ahmadiyah yang berada di rumah Suparman, tokoh Ahmadiyah Cikeusik. Padahal tak ada rencana ataupun niat yang terbesit di hatinya untuk ikut terlibat dalam bentrokan.

Sebelum kejadian, pagi itu, Sarta yang juga warga Cikeusik masih asyik menikmati sarapan pagi. Dia lantas bercengkerama dengan keluarganya. Kabar akan adanya massa yang akan membubarkan Ahmadiyah di Cikeusik memang sudah beredar di masyarakat sejak sehari sebelum insiden. Mungkin itu yang membuat rasa penasaran Sarta mencuat.

Bapak dua anak itu kemudian berjalan kaki menuju rumah Suparman yang hanya berjarak sekitar 500 meter di bagian timur rumahnya. Di jalan raya Cikeusik terlihat anggota kepolisian dari Satuan Pengendalian Massa (Dalmas) sudah berjaga-jaga. Bahkan, dia sempat ditanya petugas hendak pergi ke mana. Dia jawab pertanyaan itu apa adanya. ''Saya mau memotret rumah Suparman,'' ujar Sarta ketika ditemui Republika pekan lalu.

Tanpa banyak bertanya lagi, petugas itu mengizinkan Sarta lewat. Sekitar 200 meter sebelum mencapai rumah Suparman dilihatnya massa sudah berkerumun. Mereka juga berjalan kaki. Mendekati rumah Suparman, massa berkerumun di sekitar halaman depan rumah tersebut.

Sarta berpikir tak mungkin menerobos kerumunan massa itu. Dia kemudian memutuskan untuk melewati jalan setapak yang mengarah ke bagian belakang rumah Suparman. Dia berjalan menghadap ke hamparan sawah nan hijau. Jarak antara dirinya dengan rumah Suparman sekitar 30 meter.

Dia berdiri menghadap sawah untuk menjajal kamera di telpon genggamnya sebelum digunakan mengambil gambar kerumunan massa di rumah Suparman. Baru saja dia mengeluarkan telpon genggam dan memotret ke arah hamparan sawah, tiba-tiba sekitar enam orang pria berlari keluar dari belakang rumah Suparman menuju dirinya.

Mereka kemungkinan besar adalah jemaat Ahmadiyah yang berkumpul di rumah tersebut. Salah seorang dari mereka tiba-tiba menyabetkan senjata tajamnya ke belakang tangan kiri Sarta hingga terluka parah. Sarta pun terjatuh dengah kondisi setengah sadar. ''Semuanya penuh darah,'' ujar Sarta menceritakan kembali peristiwa tersebut.

Namun, nyawa Sarta berhasil diselamatkan setelah seorang anggota Komando Rayon Militer Cikeusik, Kopral Ali, menolong dirinya. Sarta di bawa oleh Ali menuju sebuah klinik pengobatan di Binuangeun yang berjarak 16 kilometer dari lokasi kejadian.

Menurut Sarta, selama dua hari dirinya berobat jalan ke klinik tersebut. Namun luka di tangan kirinya itu tak lekas sembuh. Bahkan dia sempat pingsan saat lukanya kembali mengeluarkan darah bercampur nanah hingga menodai seprei hijau di kamar tidurnya.

Yang membuat Sarta heran, di tangannya sempat keluar benjolan biru seperti berisi gumpalan darah kotor. Di sepanjang tangannya pula tumbuh bintik-bintik biru. ''Saya curiga senjata tajam yang melukai saya beracun,'' kata Sarta.

Sarta kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Serang. Kini luka itu sudah ditutupi 39 jahitan di bagian daging maupun kulitnya. Namun hingga sekarang tangan kirinya belum bisa bergerak bebas. ''Masih terasa sakit,'' ucapnya lirih. 

Mengingat kembali hari naas tersebut, Sarta yakin, pria yang membacok tangannya adalah jemaat Ahmadiyah. Sebab diketahui kemudian, sebanyak 17 orang jemaat Ahmadiyah yang berasal dari Jakarta, Bekasi, dan Serang, Ahad pagi itu, baru tiba di rumah Suparman. Mereka memang sengaja datang ke sana untuk mempertahankan rumah Suparman yang diserbu massa.

Sebelum diselamatkan, Sarta sempat melihat anggota Ahmadiyah itu lari kocar-kacir dari bagian belakang rumah ketika warga yang datang dari halaman depan mulai masuk ke dalam rumah.

Seorang saksi yang melihat peristiwa pembacokan tersebut, Rohadi (42), mengatakan Sarta dibacok pria dari rumah Suparman. Tinggi pria itu sekitar 170 sentimeter dan mengenakan jaket hitam yang di bagian lengannya terdapat strip-strip berwarna merah. Ketika itu pembacok Sarta memakai celana jeans biru. ''Rambutnya sepundak dan berombak,'' papar warga Cikeusik ini.

Ketua Tim Pengacara Muslim (TPM) Mahendradatta percaya pembacok Sarta masih hidup. Polisi didesaknya untuk mengusut dan mencari pelaku penganiayaan terhadap Sarta. Dia pun yakin pelaku merupakan bagian dari rombongan jemaat Ahmadiyah yang datang ke rumah Suparman.

Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Boy Rafli Amar, berjanji akan menyelidiki pria yang telah membacok Sarta. ''Selama ada alat bukti yang kuat, pasti akan kita proses,'' katanya saat dihubungi Republika.

Boy menegaskan, Polri tidak akan memihak baik kepada Ahmadiyah ataupun warga yang terlibat bentrokan. Sepanjang ada alat bukti yang kuat pasti akan ditetapkan sebagai tersangka.

Sementara, juru bicara Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) Zafullah Ahmad Pontoh menyerahkan sepenuhnya kasus bentrokan Cikeusik kepada aparat kepolisian. Dia mengatakan, nantinya semua yang terlibat dalam rusuh tersebut, baik dari pihak Ahmadiyah atau bukan, pasti akan menerima hukuman sesuai dengan vonis dalam persidangan. ''Kita pasrah apapun hasilnya,'' kata Zafrullah.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement