Kamis 22 Feb 2024 16:01 WIB

Ada Puluhan Kasus DBD, Dinkes Situbondo Terus Gencarkan Pencegahan

Kasus DBD tersebar di sejumlah kecamatan wilayah Kabupaten Situbondo.

Rep: Antara/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Pasien demam berdarah dengue (DBD).
Foto: Republika
(ILUSTRASI) Pasien demam berdarah dengue (DBD).

REPUBLIKA.CO.ID, SITUBONDO — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, mencatat 68 kasus penyakit demam berdarah dengue pada periode Januari sampai 21 Februari 2024. Masyarakat diminta terus melakukan upaya pencegahan guna menekan penyebaran penyakit dari virus yang dibawa nyamuk Aedes aegypti itu.

Berdasarkan data Dinkes, kasus DBD tersebar di sejumlah kecamatan, antara lain Kecamatan Situbondo, Panarukan, Besuki, Mlandingan, Asembagus, dan Kecamatan Banyuputih.

Baca Juga

Sekretaris Dinkes Kabupaten Situbondo Desy Tariustanti mengatakan, pada musim hujan biasanya rawan DBD karena besarnya potensi genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk. “Kasus DBD bisa terus bertambah saat musim hujan karena nyamuk Aedes aegypti sangat cepat untuk berkembang biak,” kata dia, Kamis (22/2/2024).

Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kasus DBD di Kabupaten Situbondo dilaporkan menurun, di mana tahun lalu terdata 151 kasus. Menurut Desy, Dinkes terus berupaya menggencarkan upaya pencegahan penyebaran penyakit itu. Seperti dengan membagikan larvasida Abate. “Dibagikan kepada masyarakat melalui 20 puskesmas yang tersebar di 17 kecamatan,” ujar dia.

Desy mengatakan, total serbuk Abate yang dibagikan kepada masyarakat melalui puskesmas mencapai sekitar 320 kilogram. Menurut dia, dinasnya juga masih melakukan pengasapan (fogging) untuk membunuh nyamuk dewasa.

Selain itu, Desy mengatakan, petugas kesehatan di masing-masing puskesmas diminta melakukan siaran keliling untuk mengingatkan masyarakat agar selalu waspada akan DBD. Masyarakat diajak melakukan gerakan 3M, yaitu menguras secara rutin tempat penampungan air dan menutupnya, serta membersihkan wadah atau barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

“Kami juga meminta kepada pihak puskesmas untuk mengaktifkan kader juru pemantau jentik atau jumantik,” ujar Desy.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement