Rabu 10 Jan 2024 07:13 WIB

Akademisi Ajak Masyarakat tak Pilih Caleg Pasang APK dengan Paku Pohon

Pemasangan kampanye dengan cara memaku di pohon berpotensi merusak lingkungan.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Salah satu caleg memasang alat peraga kampanye dengan memaku di pohon.
Foto: Republika.co.id/Erik PP
Salah satu caleg memasang alat peraga kampanye dengan memaku di pohon.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Dosen Ilmu Biologi dari Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Wira Dharma menilai, maraknya pemasangan alat peraga kampanye (APK) dengan cara memaku di pepohonan dapat berpotensi merusak lingkungan hidup.

"Paku yang digunakan untuk memasang alat kampanye bisa merusak kulit pohon, menghambat transportasi air dan nutrisi," kata Wira di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Selasa (10/1/2024).

Dia menyampaikan, pemasangan paku di pohon dalam jangka panjang dapat memengaruhi pertumbuhan dan kesehatan pohon. Selain itu, juga berisiko meningkatnya infeksi dan penyakit.

"Ketika ditancapkan paku ke pohon, jaringan luar yang ada di batang pohon yang seharusnya berguna untuk melindungi jaringan dalam pohon, lama-kelamaan bisa membuat bakteri masuk," ujar Wira.

Akibatnya, pohon kemudian bisa mati karena jaringan dalamnya rusak. Selain itu, tidak dapat menyalurkan zat hara yang terdapat dalam tanah serta tidak bisa berfotosintesis secara baik.

"Ketika pohon mati yang terdampak juga manusia, karena tidak mendapat lagi oksigen dari pohon serta banyak manfaat lain seperti menyerap emisi gas karbon," katanya.

Di sisi lain, Wira sangat menyayangkan maraknya kampanye caleg di pohon. Perbuatan itu menunjukkan masih banyak caleg yang tidak paham etika lingkungan (environmental ethic).

"Padahal, pengetahuan dasar kalau memaku pohon bisa merusak lingkungan. Artinya, para caleg ini tidak punya pengetahuan etika lingkungan," ujarnya.

Wira pun menyarankan agar masyarakat tidak memilih para caleg yang memasangkan APK di pohon. Pasalnya, mereka turut andil merusak lingkungan. "Jangan pilih mereka (caleg) yang tidak mempunyai etika lingkungan," ucap Wira.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement